Laman

Rabu, 04 Februari 2015

Surat Kepada Sopir Truk

—Kepada Sopir truk di seluruh dunia: Al Fatihah
Halo pak sopir. Bagaimana kabar kalian? Kalau kalian lelah, istirahatlah dulu.
Sepertinya kita lama tak berjumpa. Terakhir kali kita berjumpa di akhir tahun 2014 ketika aku masih berserak di kota-kota dengan kemelaratan yang super dan wow. Dan seperti biasa, aku tetap bisa pulang dan pergi gratis dengan kemurahan hati kalian memberikan tumpangan.
Di atas laju truk, aku kerap berpikir: apa saat kalian memutuskan berhenti dan memberikan tumpangan pada kami itu karena kalian juga punya anak jauh di sana? Apa kalian juga punya anak remaja seusiaku yang sangat mungkin membutuhkan pertolongan dan kalian tak dapat membantu mereka lantaran tuntutan pekerjaan?
Setiap kalian mengaso, kalian kerap bercerita padaku tentang anak-anak kalian yang jauh. Apalagi setelah kalian tau, kita juga masih sekolah, mata kalian kerap berkaca-kaca. Biasanya kalau sudah seperti itu, kalian juga akan menawari makan, kopi, rokok, jajanan dan banyak hal lainnya. Meski itu semua kalian tawarkan dengan gaya yang khas (sok-cool), tapi radarku bisa merasakan ada cinta kasih di sana.

Halo om sopir.   
Kali ini kita berjumpa lagi dalam suasana yang berbeda. Kita berjumpa lagi di ruang yang lebih dekat dari biasanya karena aku bekerja di majalah truk. Kalau dulu, kalian menemukanku berserak di jalanan atau lampu merah sedang minta tumpangan, kali ini (mungkin) aku akan buat banyak tulisan tentang dunia truk. Meski nantinya kalian bukan subjek utama dari tulisan-tulisanku, tapi yang jelas bagi penggandol cap tikus macam aku dan Defy: kalian adalah sesuatu yang magis dalam hati kami. Yah, kalian tentu mengerti aturan dunia: siapa yang berjaya dalam ekonomi akan menjadi subjek. Dan kalian, juga aku, hanya debu berserak yang mudah saja diterbangkan angin.
Aku tak bisa memastikan apa kita bisa jadi lebih dekat sebagai manusia. Sampai hari ini pun, kalian masih menjadi tanda tanya besar di kepalaku. Tentang stay cool-nya kalian, tulisan di bak truk, warung makan dan warung remang yang kalian singgahi, uang asmara, dan semua adalah ayat tuhan yang perlu kuterjemahkan.
Mungkin aku terlalu hiperbol ketika mendeskripsikan kalian. Tapi, peduli setan dengan yang lain. Meski, mungkin rekan-rekan kerjaku yang lain tak sehiperbol aku karena tak ada kenangan dengan kalian. Tapi jasa kalian dalam mengantar aku dan Defy ke berbagai kota di seluruh Nusantara tak mungkin kita lupakan. Karena bagi remaja bodrek yang selalu kere macam aku dan Defy, truk adalah moda transpotasi berbasis amal dan welasasih, bukan keuntungan. Oleh karena itu aku perlu mencatat sebentuk rasa sentimentilku ketika bertemu kalian di ruang yang berbeda. 
Sekian dulu, ya, om supir.
Bagi saya, bekerja di media ini, yang harus dikirim doa untuk pertama kali (serta banyak maaf) adalah kalian para sopir.
”Bos... Bos... Bos... Aku nunut sampek lampu merah ngarep...”


Citra D. Vresti Trisna

1 komentar:

iskak mengatakan...

qoute bagus : "truk adalah moda transpotasi berbasis amal dan welasasih, bukan keuntungan"

assalamu'alaikum

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.