Pelabuhan; Berlabuh
: untuk kawanku, Defy (J. ruet)
Lelaki mesti kembali pada kampungnya—yang menyimpannya dalam ranjang yang hangat; (yang disebut) cinta kasih; ramai anak-anak; sebuah keluarga kecil, mungkin. Lalu menjadi bijak sebelum akhirnya jompo dan mati.
Baru saja ia berusaha melambatkan waktu, meski gagal hingga akhirnya pulas tertidur di emperan warung.
Waktu berjalan, menggilasnya. Fase ketakutan-ketakutan mahasiswa yang menjelang basi dan “takut pulang”. Saat ia bangun, ia menemui dirinya gagal melambatkan waktu; menemukan pelabuhan dan menurunkan jangkar. Mungkin ia menyesal, marah, meski tak sanggup berbuat apa-apa. Waktu memang sadis, memaksa seseorang untuk hanyut terbawa. Dan setahuku, ia begitu berbaik sangka dengan keputusan Tuhan. Tapi, apa aku salah? Terus terang aku masih ragu dengan siapa ia berbaik sangka: Tuhan atau konsekwensi dari setiap hal yang dilakukannya.
—Citra D. Vresti Trisna
Ketintang (warung depan kampus Unesa, Surabaya) 16 April 2012.
: kopi, good day (bungkus coklat), es teh tawar, rokok Lisis (sampurna pas), mie n black coffe
1 komentar:
Mbahjeck: Link sudah saya pasang, gan. bisa di cek langsung
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.