Laman

Senin, 26 September 2011

Menyesal Kuliah

Untuk apa aku kuliah? Muak aku dengan perkulihan ini, kalau saja ada pilihan lain yang bisa aku ambil – dengan menggelandang saja, belajar hidup – tidak memberikan pengaruh dan dampak bagi kebahagiaan orangtuaku di rumah: aku sudah pergi sejak dulu. Meninggalkan segala parodi tentang hidup: berkuliah, sarjana, status sosial, dan segala sesuatu yang dikatakan modern. Tak ada pilihan. Mau tak mau aku harus mengambil jalan kuliah ini, selain itu aku juga sudah tua di kampus ini. Terlambat: aku harus menyelesaikannya. Demi kebahagiaan dan kebanggaan yang sama sekali bukan untukku.

Senin, 05 September 2011

Belajar Bijak Pada Khidir dan Rakyat


Tiba-tiba saya jadi bingung. Menyadari sebuah fakta tentang masyarakat, khususnya di Indonesia, adalah sebuah peradaban tua yang sudah kenyang dengan urusan dan segala tetek bengek keramahan dan basa-basi politik model apapun. Segala basa-basi akan dibalas dengan basa-basi pula, sebab kedalaman hati masyarakat Indonesia ini masih belum ada tandingannya. Apalagi untuk benar-benar memahami apa itu Indonesia dengan berbagai perangkat dan segala mahluk di dalamnya. Maka boleh jadi apa yang kali ini ku curahkan akan mengalami pincang, sebab aku masih memandang dari kacamataku saja.
Semaling-malingnya politisi, dan sejahat-jahatnya kepentingan yang dating mendekat pada rakyat, akan mereka pahami dengan penuh kebijaksanaan, keramaan dan penerimaan yang tiada tndingannya. Tidak sepertiku yang selalu gegabah dalam urusan apa saja, seperti keinginanku melempar muka koruptor dengan sepatu atau apa saja yang ku temui untuk bisa menghinakan mereka.

Minggu, 04 September 2011

Khidir dan Koruptor

Kalau boleh ku buat daftar pertanyaan tentang hal apa yang paling kubenci, maka di urutan pertama akan muncul kata: korupsi, yang subjeknya kita sebut sebagai koruptor. Lalu, koruptor sendiri hadir di kehidupanku sebagai sesuatu yang mengganjal dan menghalangi kekhusukanku mencintai sesama manusia.
Jika dalam kehidupan sekarang tidak ada tetek bengek hukum formal: perbuatan tidak menyenangkan, penganiayaan, penyerangan, intimidasi, teror, dan sak konconya – maka insyaalah kalau bertemu dengan saya, sebuah batu-bata akan nangkring di dahinya. Minimal sepatu atau sandal dengan bau tai bebek sudah menyabani kepalanya.