Saya tak mau mati dengan barang sekecil ini (rokok), tapi saya
enggan bila harus berhenti membelinya. Bagi saya, rokok adalah keseimbangan
yang membuat seorang manusia memenuhi kodratnya untuk ‘menyamping’; untuk sawang-sinawang.
Saya sungkan kepada Tuhan bila tidak merokok. Pasalnya Ia sudah
terlanjur membuatnya, dan kupikir tidak mungkin Tuhan membuatnya tanpa maksud
yang jelas. Buktinya karena tembakau, Surya Wonowidjojo bisa punya duit sampai
US$ 10 milyar. Hal ini membuktikan keseriusan Tuhan dalam memberikan manfaat
bagi Wonowidjojo. Tuhan juga sangat serius memberikan kehidupan bagi para
petani tembakau di Madura, pengusaha pupuk, makelar di pasar-pasar, tengkulak,
buruh linting, supir truk-truk besar yang mendistribusikan, agen-agen besar,
pengecer rokok warung kopi, juga saya sendiri.
Saya senang berbaik sangka dengan ciptaan Tuhan, terutama
tembakau. Hanya saja pihak kedokteran di seluruh dunia dan dinkes selalu
membuat saya gerah lantaran menghalangi kekhusukan saya berbaik sangka. Iklan
anti rokok dibiayai dengan wah, tanpa berpikir dampak jangka panjangnya.
Harusnya, kalau pakai akal sehat, mestinya senang kalau banyak orang terjebak
dalam lubang racun nikotin. Rumah sakit jadi laku kalau banyak orang
memeriksakan paru-parunya dan ilmu si dokter selama kuliah bisa berguna, jadi
duit, sukur-sukur bisa (naudzubilah)
mal praktek. Bukannya rumah sakit adalah bisnis orang sakit?
Sakit adalah misteri yang sampai sekarang tidak bisa dipecahkan
oleh akal manusia yang macet. Orang pergi ke rumah sakit, kan, macam-macam
maunya. Tidak semua orang yang sakit itu benar-benar ingin sembuh. Ada juga
orang frustasi yang karena sumpek, ia ingin mati, tapi takut gantung diri, jadi
dia merokok, biar matinya wajar dan lolos dari kilat ekspres ke neraka. Ada
juga orang yang merokok karena ingin dekat dan pasrah pada Tuhan. “Mati, ya
mati; pasrah.”
Bukannya mati itu bukan perkara ia perokok atau tidak. Ada orang
yang merokok, sakit paru-paru terus mati. Ada yang merokok sehari bisa sampai
empat bungkus tapi tidak kunjung mati. Ada pula orang yang tidak pernah
merokok, hidup sehat, makan empat sehat lima sempurna, olah raga setiap pagi
dan tiba-tiba mati, atau ketabrak truk sampah. Bisa saja, bukan? Tidak ada
kaitan antara mati dan rokok. Hanya manusia modern yang dangkal saja yang
setengah mati menghubung-hubungkannya. Bukankah mati itu urusan kontrak hidup
seseorang dengan Tuhan? Jadi mengapa ilmu manusia yang tidak seberapa harus
setengah mati jengkel dengan rokok?
MUI juga punya sumbangsih cukup lumayan dalam ibadah merokok saya.
Fatwa haram merokok juga dikeluarkan hanya karena rokok dianggap merugikan,
mengganggu orang lain, dan merusak kesehatan. Sebelumnya rokok dianggap makruh oleh banyak orang. Padahal hukum
itu selalu bergantung pada konteks-konteks. Apalagi hukum Islam, yang sudah
semestinya dibedakan dengan hukum negara yang selalu gagal mengatasi
kemungkinan persoalan-persoalan yang ada.
Kalau merokok dari duit korupsi, rokonya nyolong di warung, maka
boleh kita sebut haram. Kalau intelektual Islam yang overdosis menafsirkan
rokok itu haram, maka saya pun bisa mengeluarkan fatwa merokok itu sunnah.
Hukum adalah hasil pengolahan tafsiran yang berangkat dari teks, yang kemudian
dihitung untung dan ruginya. Kalau pada akhirnya yang rugi hanya saya sendiri,
perekonomian saya, itu tidak masalah. Kalau kemudian karena saya tidak merokok,
dan diikuti oleh seluruh umat muslim yang takut masuk neraka karena fatwa
haram, dan perekonomian orang-orang kecil yang ada dalam lingkaran dan dunia
rokok, itu keblinger namanya. Saya menghargai MUI dengan fatwanya, dan saya
mohon MUI tidak mengurusi fatwa saya pribadi, yang merokok karena kesadaran
mengorbankan diri saya bagi kepentingan orang banyak. Maka merokok bagi saya
adalah sunnah. Titik.
cdvt
Bersambung…
2 komentar:
mas mas.. anda tau mengapa merokok haram?
karena rokok membuat para bapak2 uangnya berkurang untuk memandaikan anaknya. mungkin bukan anda, tapi percayalah kalau itu sebagian besar.
Terimakasih komentarnya :)
oya, anak kita kan cuma satu, dua, tiga, empat,
kalau rokok diharamkan, berapa banyak anak bangsa dari putra putri orang-orang yang bergelut di dunia rokok. terutama buruh kecil. kalo kita masih kurang itu mending, bodo dikit gpp lah. kalau seluruh anak buruh pabrik rokok yang bodoh gara2 gak sekolah lantaran pabrik rokok gak buka, itu satu milyar lebih gawat
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.