perihal terminal
-untuk R (yang dikalahkanTuhan)
terminal
yang pernah mengalengkanku
bersama
mimpi-mimpi, deodoran, buku-buku,
perempuan
dan bunga teluki. ada sebagian diriku
yang
terekam di sini, seperti kaset ingatan pada
orang
sakit jiwa. kita adalah kenangan.
mimpi
sakit ketika jejarum takut
dan
racun identitas mencongkel sebelah mataku.
ya,
(dan waktu itu) kugantikan dengan tangis ibuku,
aku tak
lagi kenal perempuan menye-menye
lagu
pop dikutuk. dukun-dukun kata hidup
seperti
puisi ”pada sebuah malam di lapangan bola”
---
namanya ganja, namanya mabuk, namanya hidup
kutang
(tengik) pelacur seribu adalah alamat, sekolah
dan
juru selamat: dari mapan, dari matahari palsu data-data
dan
angka produk universitas sabun mandi.
kemudian,
di sebalik waktu. kerumun gelap yang menyimpan
suara
mesjid dan malam berbintang. aku rindu ibuku, takut
dan
tiba-tiba membenci sekumpulan bocah penghisap lem
yang
bicara lewat mahakarya onani.
sepulang
memungut hidup, keringatku memanggil-manggil
nama
bapak: pria yang menghabiskan malamnya dengan diam
dan
piala eropa. apa ini jalan pulang?
tapi
seingatku, aku tak mengenang pelacur lagi.
(2013)
perihal mencintai
gadis orang
berjalan
ke utara menemui biji merah; menyala pada mata seorang gadis mencuri mataku
yang sembunyi di reretak tanah. ”pulanglah! atau kau ingin meninggalkan
kepalamu, di sini; di hatiku,” ucapmu
di
sini, sepanjang tualang mengantarku ke tiap asin tanah, pohon-pohon yang
meranggas dan bisu sepanjang musim. maka kenang aku!
kepulangan
para dewa dengan baju kemenangan dari nyenyak merah-putih kematian. lalu
kukenang pula, kau dan resam tubuhmu
tidurlah,
duhai. biar amisku disimpan kampung halaman
meresapkanku
ke pekat humus; tembus di sebalik hatimu yang lain.
bila
anakmu lahir, jangan ceritakan padanya perihal aku;
perihal
mencintai gadis orang
(2013)
Citra D. Vresti Trisna
dimuat di Banjarmasin Pos (mbuh lali tanggale, pokok e maret)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.