Tentang
rindumu, kasih. Taukah kau kisah pengengembara yang melintas laut mengenakan
perahu bercadik dan layar dari daun-daun jatuh akhir musim. Mereka melintas
begitu saja seolah laut tak berombak. Lalu mereka menyebut nama kekasihnya dengan
senyum dan gigi-giginyanya yang kuning. Kisah kematian dan jarak membentang
menyelip bagai daging di sela-sela gigi; “lama-lama sakit sekali, tapi aku tak
menangis,” kata mereka pada laut. Tentu tak berbalas, sebab laut tak pernah
memberi nasihat kecuali riak-riak airnya mengingatkan bentang jarak. Ya,
seperti rindu yang lupa jalan pulang; seperti jalan tanpa alamat.
Saat kau terus
memanggil dari tempat terjauh, aku tak tahu kisah apa yang hendak kuceritakan.
Aku hanya ingat: racun jumpa hanya dapat tunduk lewat percumbuan yang
mempertemukan manusia dengan keabadian, dengan batas, degup jantung. Aku pun
rindu, kasih. Kadang bila rindu masih tak mau pulang, selalu kubayangkan
ikan-ikan jerung membaca puisi dari cerita pelaut dengan rindunya untuk seorang
gadis dan sepi.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.