Laman

Senin, 14 Desember 2020

Ziarah ke Sungai Besor

Catatan: pernah dimuat di Koran Tempo 28 November 2020


Ziarah

                : penyihir hex

 

Kurang lebih seperti itu, di masa depan aku akan melihat

diriku menangis sejak tiga ratus tahun lalu

Di bawah pohon mahoni, sore itu, dadaku remuk

mengetahui hari itu adalah akhir kisah. Aku benci caramu

yang dengan jemari lentik menyelipkan kembang

kamboja di telingamu-telingaku. Lalu kata tak lagi saling silang

dan di jalanan buntu, rindu diketuk bertalu-talu

 

Aku tetap menangis sekali lagi ketika tiga ratus tahun lalu

Kota jadi bentangan deret makam ngelangut. Hari berjalan

di antara sisa bau kamboja bercampur wangi skincare

rambutmu yang setengah mati kuingat. Apa kita telah selesai

ketika perjalanan hanya sakit kepala dan doa ziarah dibacakan

lalu di sudut mana aku harus bersembunyi dari kenang

yang senang membicarakanmu?  

 

“Pergi saja dari kota ini agar tiada bekas diriku di sini,” jawabmu

 

Mungkin yang belum kujelaskan padamu hanya tentang aku

dan kota ini sama-sama dibikin dari debu kotor; deras alir sungai

otomotif yang kucintai melebihi dirimu; sekumpulan mayat

di kotak kardus, jalan-jalan tikus dan bisik pengantar jenazah

atau tentang mayat yang membeku di mesin ATM

 

Kasih, apa yang harus kulakukan bila semua mayat ini busuk,

menyatu dengan refren yang telanjang? Apa mungkin kelak ada

cinta yang bahagia meski sudah tidak lagi perawan?

Sekarang mengapa kau diam tanpa penjelasan, dan aku

tetap menangis seperti tiga ratus tahun lalu

 

 

Jakarta, 2020

 

 

Ketika Ikan Sungai Besor Memburu

 

jangan menikah di hari sabtu

kata ibu, ikan-ikan selalu cemburu di hari itu

mereka mencintaimu segila deras alir sungai besor

 

dari gunung boker sampai ke laut tengah

namamu disebut, tapi kau tak kunjung pulang

mereka ingin menyusulmu ke bursa saham

tapi tak jadi, mereka teramat patuh

 

ikan-ikan adalah jelmaan dua ratus tentara daud

yang kelelahan mengejar orang amalek

nyawa dua ratus tentara ini menguap ke langit

lalu jatuh kembali ke bumi sebagai ikan

 

apa kau telah saksikan bola mata ikan-ikan itu?

ada jurang yang dibikin dari cemburu tak sampai

dipisah keinginan atas darah dan tubuh korban

yang menggunung itu tercatat statistik

 

“aku ingin menikah di hari jumat, ibu!”

 

tapi ibu hanya diam, mematung di dekat tungku

“terlambat! mereka telah tiba di kampung ini

dan sebentar lagi mengetuk pintu!”

 

 

Jakarta, 2020

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.