Laman

Minggu, 07 Juli 2013

Kejayaan Nusantara dan 'berhenti gendeng'

---Mojokerto Maaf, ibu. Sudah lama aku lupa hangat pelukmu. Mencarimu di tubuh yang lain dan ‘mabuk’. Kau tau, aku keracunan dan hampir gila sekarang. Mencari hidup; nyala yang palsu. Maaf, hidup. Sudah lama aku mati suri dan lupa bila sedang berpijak. Aku lupa di hidupku ada banyak palsu. Taik kucing yang menjelma seakan-akan ia adalah kau. ================= mari merasa paling siap ke bumi nusantara yang dipikir hanya leluhur, kejayaan lalu kita mabuk dalam chaufinisme ================= Kalau begini, aku tak jadi menyalahkan anak-anak muda keparat yang tak mempan dengan kata. Terkadang kebijaksanaan, ilmu yang dikemas dalam kesombongan akan menemui antitesisnya pada tubuh pemberontak ================= Kegelisahan perihal cita-cita hidup yang lebih baik terkadang jadi basi dan pepesan kosong di depan orang tua pongah yang merasa pernah terbakar api kemudaan. Kata-kata yang tiba-tiba keluar malam ini: jangan ganggu orang tua yang sedang mencari uang. Kegelisahan dan kepolosanmu hanya menjadi komoditi di matanya. Sudah jarang orang tua yang mau mengakui kedunguan. Sejak dulu, umur dan ketuaan selalu menjadi legitimasi untuk bisa merasa seakan-akan; merasa paling. Terkadang kegelisahan perlu dikemas lebih cantik tanpa perlu menyinggung kedunguan kaum tua akibat kegagalan dari kegelisahannya dulu. ================ Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karso, tut wuri handayani Benar-benar sangat jenius. Umur tak pernah menjamin seseorang bisa ke tengah atau berdiri di belakang. Untuk kaum muda yang ‘gelisah’ dan punya gagasan, sebaiknya perlu untuk disampaikan pada posisi yang baik. Di tengah atau justr di belakang. Berada di depan ---kalau bukan jadi takdirnya--- hanya akan menjadikan kau seperti lapak topeng. Berdagang aneka wajah dan kepentingan. Kata orang barat, itu sangat fuck. ================ Merasa pintar di bumi nusantara---yang notabene kampung tua tempat orang-orang cerdas tanpa disadari akan membuatmu terasing dari cinta kemanusiaan. Merasa pintar di kampung nusantara hanya akan membuatmu jadi sampah yang hanya menunggu waktu untuk dibuang, cepat atau lambat. ================ Kejayaan nusantara hanya pisau tajam yang bisa jadi membunuhmu dengan sangat sadis, atau justru membuatmu ikut jaya. ================ Kejayaan nusantara bisa mengantar kita dengan mulus ke mulut chaufinisme. Lalu meremehkan orang lain dan tuli. Sebab kejayaan nusantara memiliki jalan panjang cita-cita yang mulus untuk sebuah kebangkitan. Kejayaan nusantara yang picik hanya akan membawa sebuah kondisi dekadensi. ================ Saya sudah waras sekarang

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.