Usai melihat subuh, Rori terhuyung-huyung
datang ke warung. Ia minta dibuatkan kopi dan mengambil beberapa batang rokok
lalu duduk dan tertunduk lesu.
”Kau ini kenapa?”
Dan berceritalah dia. Kurang lebih seperti
ini:
Dalam kamus bajingan yang kumengerti,
kehilangan adalah sebuah langkah awal untuk berusaha (suka-tidak suka) mengerti
batas. Tidak ada sesuatu yang perlu dipaksakan karena waktu akan selalu datang
dengan air bah. Membawa apapun yang tak pernah kita duga. Dan kita adalah
gelandangan papa yang harus piawai memanfaatkan apa yang dibawa air bah.
Mungkin, bagi bajingan sepertiku, air bah itu
juga membawa orang-orang baru yang bisa kita manfaatkan. Dan tanpa bermaksud
mengeras-ngeraskan hidup; bukankah hidup itu keras? Kalau tidak membunuh, kita
lah yang akan dibunuh. Mekanisme pertahanan diri yang terekam dan kupelajiari baik-baik
waktu aku terdampar selama beberapa tahun di Terminal.
Bagi penjahat sepertiku, moral adalah urusan
nomor 689. Mungkin moral akan menyayangkan kehilangan; sesuatu yang pernah
berarti dalam hidup kita. Tapi, kehilangan tidak berarti apa-apa dalam hidupku
karena aku percaya ada air bah yang membawa orang-orang baru. Aku tidak peduli,
kehilangan selalu melibatkan hati lainnya yang mungkin patah.
Ya, selama kita memiliki kemungkinan lain,
kehilangan adalah perkara remeh temeh. Kita tinggal berkata: ”Sayang, aku
menyesal. Aku tak mungkin melupakan kau. Kau orang yang pernah berarti
(sekarang tidak berarti) dalam hidupku". Urusan selesai. Dan kebinalan macam itu
hanya ada pada lelaki. Terutama saya.
Karena perempuanlah yang paling banyak
mengeluh. Karena perempuan yang lebih banyak menangis. Perempuanlah yang lebih
banyak membagi kebenciannya pada orang lain dan tak berhenti menggeneralisasi. Mungkin
perempuan adalah mahluk paling patah hati. Dan pria Pria adalah mahluk yang
patut disalahkan atas perkara tidak setia; perkara kemampuan dan kodratnya
memiliki kemungkinan lain, memiliki selingkuhan. Piala kebinatangan selamanya
hanya milik lelaki. Dan harap dicatat, ini khusus untuk saya. Karena pria-pria
lain di luar sana itu suci; bukan anjing.
Apa menurutmu pandanganku ini terlalu
hiperbol? Tapi, mungkin kau tidak mengerti betul: bila kebusukan hanya
milik pria karena tidak hanya wanita yang mengakui. Korps pria setia pun
mengakuinya.
Predikat anjing adalah milik saya pribadi
sebagai seorang pria. Meski entah mengapa anggapan anjing selalu dialamatkan
pada ketidaksetiaan. Apa benar anjing adalah binatang yang paling tidak setia?
Kalau nanti ada perempuan yang tidak setia,
kita bisa menyebut itu hanya kasuistik dan bukan kebenaran mutlak. Mungkin
nilai yang tidak bangkrut sejak dulu hanya soal ketidaksetiaan pria. Tapi,
benar atau salah pandangan saya ini, tentu bukan hal penting bagi seorang
bajingan. Terutama bajingan perangkai kata. Mahluk paling menjijikkan di mata perempuan.
Bukankah predikat kemanusiaan (yang bisa
terluka) hanya ada pada perempuan? Yang bisa selalu setia dan selalu menangisi, mengutuk tiada henti. Ya, sebenar-benar manusia, yang bisa merasa sakit dan
yang paling punya rasa. Yang sulit bangkit dari luka dan yang paling penting adalah tidak
sepertiku: beberapa menit luka, langsung mencari kemungkinan lain dengan
berbagai dalih dan cara.
Kalau ada pria yang mengajakmu menjalin
bahtera rumah tangga, para perempuan tidak boleh langsung percaya dan harus curiga:
jangan-jangan dia bukan pria. Kecuali dia bisa membeli tubuhmu, orang tua dan hidupmu. Karena lelaki dilahirkan untuk tidak setia dan
tidak menangis terisak-isak ketika ditinggalkan perempuannya. Apalagi ketika tau perempuannya punya banyak kekasih lantas matanya merah karena tau hubungannya selesai.
Bukan lalaki namanya, kalau ia terisak karena
rindu dan tak pernah berhenti memikirkan perempuannya. Dia adalah banci dalam
tubuh pria. Dan sekali lagi harap dicatat, ini hanya berlaku bagi saya. Karena pria-pria
lain di luar sana adalah malaikat penolong perempuan yang terluka dan tidak
mudah berpindah hati.
Nah, ini
yang penting! Kalau nanti saya berkata, saya sedang patah hati, maka percayalah
itu hanya harga diri saya saja yang terkoyak dan bukan berarti saya tulus
mencintai. Tolong dicamkan.
Karena hanya
lelaki yang bisa memberi harapan palsu dan menyerah pada takdir, ”Sayang, kalau
kita jodoh, kita pasti bersama.” Perempuan adalah mahluk yang selalu berkata, ”Apapun
yang akan terjadi, aku akan nekat. Pokoknya aku mau kamu dan harus hidup
menjadi pendampingmu… ” lalu ia menangis dan melupakan takdir Tuhan itu tak
bisa dibantah.
Hanya perempuan
yang sanggup demikian. Dan itu adalah hal yang tidak mungkin bisa saya lakukan
karena (saya ulangi) saya adalah bajingan paling tengik pemberi harapan palsu.
***
Selesai bercerita,
saya lihat ia berlalu pergi tanpa sempat membayar kopi dan rokoknya.
Sudah siang
rupanya.
Yakobus, 25 April 2014
cdv_t
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.