Kalijodo! Mengapa harus kau yang bakal tumpas? Mengapa
dengan cara seperti ini kau dibubarkan? Menurut saya, ada tiga hal yang jadi
penyebab kekalahanmu: pertama, mungkin kau sedang
sial. Kedua, mungkin ini adalah waktu yang (dianggap)
tepat. Ketiga, ini takdir.
Mungkin ketiga jawaban itu benar. Kalau pun salah, tentu
alasan terakhir tidak mungkin salah. Karena nyatanya kau memang bakal tumpas.
Saya tak pernah membayangkan kau harus habis dengan cara ini. Ketika
orang-orang kalap dan kehilangan dalih, kau harus disingkirkan 29 Februari
nanti. Kalau benar kau sedang sial, saya tak akan banyak komentar, karena
kesialan adalah kesunyian yang tak dapat digugat. Tapi, kalau penutupanmu
dianggap sebagai momentum yang tepat, mungkin saya akan cerewet.
Kalau benar, kau hanya tumbal orang kalap yang kehilangan
dalih, maka keputusan itu bisa benar juga bisa salah. Benar, karena letak
”pelacuran” dalam diri manusia melebihi kedekatannya dengan Tuhan. Pelacuran
bersemayam di jantung. Hidup dalam diri manusia dan mengeram. Pelacuran
berdenyut pada nadi manusia paling alim sekalipun dan membuat mereka karap malu-malu
tapi ngaceng. Sehingga keberadaan mereka adalah sebaik-baik jalan
agar orang terusik dan ribut lalu perhatian mereka tertuju padamu.
Kehadiranmu diprediksi akan menggugah orang-orang untuk ikut
ambil bagian lantaran merasa kehilangan sebagian dari diri mereka. Tapi,
begitulah hidup memperlakukanmu: ”pelacuran kelamin” adalah satu-satunya
”pelacuran” yang layak dikorbankan. Sedangkan pelacuran dalam bentuk yang lain —
pelacuran norma & etika, pelacuran agama, pelacuran cinta, pelacuran rs
sumber KPK — selamat karena keberadaan mereka tak mencolok seperti
keberadaanmu. Kehilanganmu juga diprediksi akan membuat orang-orang marah,
mengutuk kehilangan dirinya dalam diam. Serta yang paling penting, bersiap
mencari wc baru untuk buang sauh.
Pembubaranmu juga bisa saja jadi sangat keliru. Karena,
ketertindasan ”warga asli” oleh para pendatang yang sok jagoan membuat rencana
penggusuranmu hanya sekedar angin lalu. Rasa tertidas membekas lebih kuat
dibandingkan dengan hasrat untuk mempertahankan sebagian ”dirinya” dengan
berbagai dalih. Meski saya terkejut bila kekalahanmu tak banyak membawa arti.
Jujur saja, saya sedikit menyesal kehilanganmu. Karena kalau
kau benar-benar tak dikehendaki ada, mengapa tidak dari dulu. Mengapa ketika
kau telah jadi toto tentrem kerto raharjo, kau justru diberangus
dengan alasan yang megap-megap. Selain itu, pembubaranmu adalah
cermin bila pion-pion lucu yang suka ngamuk-ngamuk itu jelas tak paham
psikologi massa dan tak punya mripat sakti yang cerdas melihat
potensi pencitraan dan celah pengalihan isu macam tukang mabel.
Pembubaranmu tak banyak membawa dampak kecuali menciptakan
jamban di sepanjang jalan diantara gedung-gedung megah. Tapi, hikmah yang bisa
kupetik dari pengorbananmu yang tak berguna adalah pembuktian pada satu hal:
rasa marah dari inferioritas sekelompok orang-orang lokal itu mengerikan. Orang
yang akan memberangusmu lupa bila sedang berurusan dengan warga asli (yang
kebetulan punya jabatan strategis) dan sudah lama diinjak tengkuknya. Dan
mungkin sipemberangusmu kali ini baru merasakan ”api” orang-orang tersingkir.
Duh, Kalijodo yang malang. Ini adalah PR buat
Kalijodo-Kalijodo jilid dua sampai jilid seratus. Kalian perlu memoles wajah
secantik mungkin untuk bersiap bila ada kejadian serupa. Kalau perlu, kalian
harus mempertahankan diri dengan darah dan parang, sebagaimana kangmasmu:
Dolly.
Saya kehabisan kata dengan rencana pemberangusanmu dari
rumah sakit jiwa raksasa ini. Tapi, terimakasih telah menjadi ”ayat” untuk
menujukkan bila jongos kongsi dagang itu tak seberapa punya otak dan tak
sebesar mulutnya. Soal rombongan anak TK yang tiba-tiba punya keberanian, saya
ucapkan selamat berolahraga. Karena toh sebentar lagi mereka
ditertibkan dalang yang lebih besar dan kembali menonton video porno sambil
mengantuk.
Selamat tidur Kalijodo. Mimpi indah lah kelak. Dalam buku
sejarah. Dalam hati pecintamu. Kalau sejarahmu tak pantas dicatat, minimal
namamu bakal disebut-sebut di dalam CV para preman, mbak-mbak gemes. Dan tentu
saja diam-diam kau akan selalu kami kenang diantara sepi dan merana kehilangan.
Roxy, (tanggal rodok tuwo)
Februari 2016
Dalbo
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.