—Kepada
Sopir truk di seluruh dunia: Al Fatihah
Halo
pak sopir. Bagaimana kabar kalian? Kalau kalian lelah, istirahatlah dulu.
Sepertinya
kita lama tak berjumpa. Terakhir kali kita berjumpa di akhir tahun 2014 ketika
aku masih berserak di kota-kota dengan kemelaratan yang super dan wow. Dan seperti biasa, aku tetap bisa
pulang dan pergi gratis dengan kemurahan hati kalian memberikan tumpangan.
Di
atas laju truk, aku kerap berpikir: apa saat kalian memutuskan berhenti dan
memberikan tumpangan pada kami itu karena kalian juga punya anak jauh di sana? Apa
kalian juga punya anak remaja seusiaku yang sangat mungkin membutuhkan
pertolongan dan kalian tak dapat membantu mereka lantaran tuntutan pekerjaan?
Setiap
kalian mengaso, kalian kerap bercerita padaku tentang anak-anak kalian yang
jauh. Apalagi setelah kalian tau, kita juga masih sekolah, mata kalian kerap
berkaca-kaca. Biasanya kalau sudah seperti itu, kalian juga akan menawari
makan, kopi, rokok, jajanan dan banyak hal lainnya. Meski itu semua kalian
tawarkan dengan gaya yang khas (sok-cool),
tapi radarku bisa merasakan ada cinta kasih di sana.
Halo om sopir.
Kali
ini kita berjumpa lagi dalam suasana yang berbeda. Kita berjumpa lagi di ruang
yang lebih dekat dari biasanya karena aku bekerja di majalah truk. Kalau dulu,
kalian menemukanku berserak di jalanan atau lampu merah sedang minta tumpangan,
kali ini (mungkin) aku akan buat banyak tulisan tentang dunia truk. Meski
nantinya kalian bukan subjek utama dari tulisan-tulisanku, tapi yang jelas bagi
penggandol cap tikus macam aku dan
Defy: kalian adalah sesuatu yang magis dalam hati kami. Yah, kalian tentu
mengerti aturan dunia: siapa yang berjaya dalam ekonomi akan menjadi subjek.
Dan kalian, juga aku, hanya debu berserak yang mudah saja diterbangkan angin.
Aku
tak bisa memastikan apa kita bisa jadi lebih dekat sebagai manusia. Sampai hari
ini pun, kalian masih menjadi tanda tanya besar di kepalaku. Tentang stay cool-nya kalian, tulisan di bak
truk, warung makan dan warung remang yang kalian singgahi, uang asmara, dan
semua adalah ayat tuhan yang perlu kuterjemahkan.
Mungkin
aku terlalu hiperbol ketika mendeskripsikan kalian. Tapi, peduli setan dengan
yang lain. Meski, mungkin rekan-rekan kerjaku yang lain tak sehiperbol aku
karena tak ada kenangan dengan kalian. Tapi jasa kalian dalam mengantar aku dan
Defy ke berbagai kota di seluruh Nusantara tak mungkin kita lupakan. Karena
bagi remaja bodrek yang selalu kere macam aku dan Defy, truk adalah moda
transpotasi berbasis amal dan welasasih, bukan keuntungan. Oleh karena itu aku
perlu mencatat sebentuk rasa sentimentilku ketika bertemu kalian di ruang yang
berbeda.
Sekian
dulu, ya, om supir.
Bagi
saya, bekerja di media ini, yang harus dikirim doa untuk pertama kali (serta
banyak maaf) adalah kalian para sopir.
”Bos... Bos... Bos... Aku nunut
sampek lampu merah ngarep...”
Citra D. Vresti Trisna
1 komentar:
qoute bagus : "truk adalah moda transpotasi berbasis amal dan welasasih, bukan keuntungan"
assalamu'alaikum
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.