Tidak ada lebih
puitis dari berada diantara dua pemuda yang sedang berdiskusi dengan semangat
membara.
Pemuda I: ”Apa kau tidak sinting, hah? Bagaimana
mungkin rakyat bisa benar-benar berdaulat tanpa ada demokrasi? Hellow...!
Jangan mimpi kau. Apa kau lupa bagaimana keadaan kita sebelum revormasi?”
Pemuda II: ”Bukan begitu, bro. Aku percaya demokrasi
adalah jalan menuju rakyat yang berdaulat. Tapi, bagaimana kita bisa membawa
demokrasi masuk ke dalam sebuah negara yang pemimpinnya terlanjur otoriter?
Misal, nih, ya. Kalau kita dipimpin Prabowo, sudah barang tentu negara ini akan
menjadi seperti masa Orba. Lha, kalau sudah begitu apa yang bisa dilakukan mahasiswa
untuk mengembalikan demokrasi? Nah, itu yang saya maksud....”
*
Suatu ketika
dimalam lelah, saya terjebak pada diskusi dua pemuda di warung kopi dekat
Kampus Unair. Saya tidak pernah mengenal mereka. Sehingga dalam diskusi itu
saya hanya menjadi penonton yang mengantuk karena tak tertarik pada apa yang mereka
bicarakan. Tapi, bagaimana pun juga
sebagai orang yang pernah muda dan labil, saya terpaksa tidak pindah
tempat dan sedikit menyimak apa yang mereka perdebatkan.
Bukankah
akhir-akhir ini sudah jarang ditemukan pemuda yang serius berdiskusi kecuali soal
kamar kos yang hangat?