Laman

Rabu, 27 April 2011

Tips agar Lebih terkenal dari Norman

Beberapa waktu lalu pakde cukup kesel liat tipi. Bagaimana tidak, lha wong yang dilihat hanya polisi joget yang sekarang sudah jadi artis top. Yang bikin pakde tambah kesel, kabar terakhir yang pakde liat di tipi, si Norman itu kena mencret aja media susah-susah meliput. Ah, dunia ini kok ya suka yang aneh-aneh. Mengapa mereka tidak meliput pakde saja. Dengan ilmu: kanuragan, mantra, yang harusnya bisa lebih jos dari si norman.

Jumat, 22 April 2011

Cara dapet Ilmu gratis dari pakde


Bagi kalian para dalboers: dalbowan dan dalbowati, yang pengen dapetin update terbaru tulisan pakde yang unyu. Karena tulisan pakde secara otomatis akan menjadi ilmu baru yang diburu oleh banyak pengembara di dalam atau di luar negeri. Oleh karena itu, beruntunglah kalian yang hidup di jaman internet ini, sehingga kalan tidak perlu bersusah-susah bertapa di gunung slamet, gunung bajul, dan bertapa di semeru dengan membawa bekal karak (nasi kering yang dijamur) selama 23 tahun. Kalian cukup update dengan bukak pakde.dalbo dan kalian bisa membaca ilmu-ilmu baru dengan santai. Bisa dibaca sambil eek, sambil ngelonin istri atau suami, bisa sambil nonton tv, bisa sambil maen…. Di kamar mandi, bisa juga baca sambil lari-lari, atau baca sambil minum kopi di warung. Terserah kamu. Ilmu baru dari pakde dalbo bisa langsung kamu dapatkan dengan mudah.

Hari cepat saja menjadi pagi

Hari cepat saja menjadi pagi. Menjadi dendam dengan hidup manusia yang dadanya penuh karat. Aku selalu jengan dengan pagi. Sebab pagi adalah titik pijak dimana dendam dilampiaskan maksudnya. Sebab, malam bisa menjadi saat di susunnya segala maksud dendam. Tapi paling tidak, tidak lebih ngeri ketika pagi menjelang tiba dan dendam itu dikobarkan. Dendam: makan memakan, bunuh membunuh, tikam menikam, dan saling memperkosa.

Kamis, 21 April 2011

anak-anak malam


susun jasatmu menjadi klenik, lalu datangi aku. tangkap jiwaku dan kan kubukakan pintu esok pagi.
karena kebohonganmu selalu kumaklumi saat aku kembali menutup pintu selepas sore.
aku sudah terbiasa dengan ketidakadilan yang selalu datang pagi-pagi

setiap malam, selalu kusempatkan mengecup kening dari setiap mimpi buruk
tentang dapur-dapur lengang.

Selasa, 19 April 2011

Jangan menangis

Mengenang saat kau menangis, dulu:

jangan menagis
sebab aku selalu ingin melukis wajahmu
kau tentu faham, bukan?
aku tak menghendaki warna abuabu di kanfasku

dan hujan tak kunjung berhenti

Setiap Pagi

1
setiap pagi aku selalu membaca jejakmu lewat gambar diam yang berserak
segala kemanisan akan kenang
kau, perempuan
mengapa tak kau simpan ragumu di kulkas, lantas kita berpelukan saja
sebab segalanya seperti mudah
laksana ayam yang berlarian: kawin

Senin, 18 April 2011

Sudrun Itu Jalan Kemulyaan



Siapa yang percaya pada kejujuran, maka sekali-sekali kau mesti mendengarkan orang gila bicara. Sebab, mendengarkannya bicara itu seperti memutar rekaman kaset masa silam yang pernah direkam dan dinyanyikan kembali. Tentu kau sudah paham akan kondisi kaset usang yang telah lama tidak di putar. Sedikit banyak akan banyak gangguan ketika diputar kembali. Ada yang pitanya lengket, sehingga tidak terbaca head tape recorder, dan suaranya akan meloncat-loncat dari satu bagian ke bagian yang lain. Dan kita tentu paham, kaset itu akan mengeluarkan hasil rekamannya dengan jujur tanpa ada yang bisa ditutup-tutupi selama proses recording berjalan dengan baik. Memutar segala sesuatu yang berhasil direkamnya.

Sabtu, 16 April 2011

Farid - Catatan Orang Biasa

Farid Maulana, sebuah nama yang mungkin asing bagi kalian. Atau bahkan tidak penting. Kalau kau berpendapat demikian, maka itu benar. Tidak ada yang mengenalnya, sebab ia tidak termasuk dalam barisan orang-orang yang pantas dikenal, seperti koruptor, misalnya. Ia bukan pejabat pemerintahan, ia juga bukan dalam barisan pengusaha, seniman, musisi, cendekiawan atau ilmuan. Dan mungkin sama sepertiku, yang tidak mempunyai kapasitas apapun yang membuatku berhak untuk dikenang setiap orang. Seperti ujarnya padaku di suatu sore yang cerah, di sebuah warung kopi murahan didekat terminal Joyoboyo, “Nasib sial bagi orang-orang macam kita adalah terlahir sebagai ‘manusia’. Yang tidak berlabel, kalau tau bakal seperti ini, lebih baik aku mau jadi orang, asalkan punya label.”

Kamis, 14 April 2011

Sajak cinta buat pacarnya temenku.

Kita selalu lupa memaknai setiap hujan yang turun berserak

pada namamu, dan penantian setiap hampir pagi; menggambar jejak hijau dan embun
dan kau tak akan pernah menemukan jawab
sebab, untuk ini, air mata kuceritakan berupa-rupa

seperti pengembara aku datang, dan seperti pengembara aku pergi
sebab diantara kita memang selalu bertepuk sebelah tangan
ini kenyataan,

maka kita pergi saja
dan ketika esok kita bertemu, sebaiknya memang tidak saling menoleh
meskipun kita tak bisa bohong: hati kita berpelukan, berpagutan, dan berjanji untuk bertemu lagi pada mimpi-mimpi yang berjudul: cinta pertama.

terinspirasi dari seorang kawan: F. Agus Tiono.
seperti yang selalu kita bicarakan, bila lelaki tidak boleh nangis.

Citra D Vresti Trisna

Menghormat dengan berjongkok-jongkok = "sudrun"

Menghargai seseorang itu dengan memanusiakannya. Bukan dengan berjongkok-jongkok. Meskipun maknanya berarti, menghormat. 

Ku pikir dari sinilah orang-orang kita selalu di jajah. Budaya adalah budaya. Tetapi ketika bikin orang-orang menjadi ‘sakit’ karena musti memelas kepada mereka yang lebih tua, lebih kaya, atau lebih dari segalanya, itu berarti menghilangkan nilai kita sebagai seorang manusia. Jadi jangan salahkan penjajah bila dia betah ngangkang dan berak di kepala kita tanpa punya anggah ungguh kepada kita sebagai tuan rumah. Juga kepada raja-raja jawa yang busuk itu mereka bisa se-enak perut melakukan penghisapan dan perbudakan, karana memang orang tua kita sendiri yang mengajarkan kita selalu berjongkok-jongkok menghormat. Dari sinilah persooalan bermula.

Menjelang Gila

Stress adalah pengantar menuju sesuatu. Selebihnya seorang harus sampai pada tahap menjadi gila, dan itu semua demi keseriusan.

Apa aku saja yang berlebihan. Seakan-akan sok menjadi sesuatu. Mengamini semua yang sudah melekat dan menjadi stereotype atas diriku, lantas sekarang ingin mengajak orang lain untuk menjadi sama sepertiku. Sudah benarkah aku dimata Tuhan? Dimata orang-orang yang ada di sekitarku: kawan di kampus, penghuni warung kopi, keluarga, dan bahkan di mata diriku.

Namun yang jelas, aku musti mencari kejelasan atas apa yang terjadi dengan diriku. Seperti ada setan yang berbisik di kuping. Membimbing aku pada hal-hal yang tampak indah, meski aku tak tau bagaima ujungnya dan seprtinya berbau busuk. Tapi entahlah, karena sementara ini aku menikmatinya, dan kalau aku boleh cerita, kira-kira seperti ini:

Selasa, 12 April 2011

Kletek Menjelang Malam

Kletek menjelang malam. Duduk di tempat biasa, pojokan sambil membaca-baca sebuah roman karya Maxim Gorki – Ibunda. Menarik betul Gorki membawaku berputar-putar di dunianya, terbang di seputaran langit Soviet waktu itu.

Menjelang Isya, petualanganku terbang bersama tulisan Gorki harus berakhir. Seseorang datang. Duduk di sebelahku. Menyaksikan dengan tatapan ganjil, dimana bila kuartikan sorot matanya, ada semacam baner “Aku ingin menjilat kuping anda. Anda sudah terpojok. Ayo, suka rela atau harus ku paksa?” Aku menelan ludah. “Alamak, bencong ini”.

Sabtu, 09 April 2011

Onani sebuah "renungan" bergambar

Karya Citra D Vresti Trisna


Onani adalah kodrat hidup bagi manusia yang terlanjur mupeng dan tidak punya pilihan lain selain bermanis-manis muka dengan sabun. Onani adalah bagian paling purba dari sejarah kemanusiaan, terutama seksualitas. Mungkin purbanya onani sama dengan purbanya perilaku mengintip seseorang yang sedang mandi. Onani hanya sebuah fase awal sebelum seseorang ke jalan - peranakan. Dan ini sekedar asumsi.

Nb: Jangan onani di sembarang tempat. Sayangi benih anda, jangan sia-siakan mereka, mengutip istilah the pandal, benihmu hanya jadi kecebong.

Pakde Dalbo



Kelamin

Kelamin. Semua butuh kelamin. Tidak seorangpun menolak kelamin: mahasiswa, dosen, aparat, pejabat, bahkan ulama pun butuh kelamin. Kalau pada awalnya aku mengatakan bila ujung dari semua persoalan kehidupan adalah uang. Ternyata tidak sepenuhnya benar. Disamping uang, kelamin juga dibutuhkan semua orang dengan maksud masing-masing. Ada yang butuh untuk sekedar memuaskan hasrat. Ada yang butuh untuk sekedar gengsi. Tidak ada yang menolak untuk kelamin, sebuah piranti dan asal-usul keberadaan manusia.




Bahkan The Panas Dalam, band asal Bandung, pernah membuat lagu dengan judul: Ujung-ujungnya kelamin. Kritik sebuah hubungan antara umat manusia, dari tua atau muda, juga persoalan kriteria pasangan baik yang tulus atau main-main, semua berujung pada kelamin. Bahkan yang lebih profokatif dan wadag dari lagu ini menyebutkan “cantik tanpa kelamin percuma”. Sehingga harus diakui bila kelamin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang memiliki sisi normal memiliki lingga dan yoni.

Keseimbangan Kosmis dan Disintegrasi




Pada akhirnya sebuah kesadaran tentang hidup selalu butuh memperhatikan kesadaran kosmis. Sebab, demikianlah ucapan orang pedalaman Papua mengenai hubungan mereka dengan alam. Ketika kita menebang hutan untuk pertanian, maka yang harus dilakukan adalah menanam kembali pepohonan agar tidak terjadi bencana. Setelah kita mengacaukan tatanan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah lewat serangkaian aksi untuk membela rakyat, maka seyogyanya kita perlu mengambalikan kepercayaan rakyat agar kembali harmonis.
Mungkin ini harapan yang tersirat budayawan mbeling Emha Ainun Nadjib, soal tulisannya yang akhir-akhir ini kerap bernapaskan pandangan positif pada apapun, termasuk pada pemerintah. Sebab kemajuan suatu negara selalu membutuhkan sinergitas antara rakyat dengan pemerintah, baik dalam hal apapun. Sekalipun tak serambutpun kita bisa mempercayai kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan nasib rakyat.

Rabu, 06 April 2011

Menunggu Pagi


di malam diam
menunggu waktu diganti pagi
hanyut, menepi
duduk menekuri malam panjang
dipeluk semilir Jogja

sepi pada angin, genit
lewat mendesir di dada
merangkai gugusan kata yang mengajar tenang
melambai pagi yang merayu sadar

Perempuan

Sejak kapan perempuan boleh bicara?
Ia cuma sebuah daging yang ku beli dengan mahar cukup tinggi. Sekarang, ia milikku. Bodoh kalau aku menyia-nyiakannya.

Sejak 1970-an, ketika wacana gender menjadi gerakan politik di sebagian besar Eropa dan Amerika Utara. Perempuan sibuk memoles citra dirinya dengan gegap gempita semangat untuk mengkampanyekan persamaan derajat. Semua kemeriahan diramaikan dengan semakin menjmurnya kajian tentang perempuan. Berbagai teori maupun nilai baru kemudian lahir dan diyakini sebagai bagian dari perjuangan. Sekalipun tak jarang diantara mereka akhirnya terjebak dan disublimkan pernikahan.

takut gigi gondrong dan gimbo? nggak lagi deh...





Gigi gondrong dan gigi jumbo merupakan realita yang banyak terjadi di Indonesia. Kalau menurut anak gaul sekarang, ralitas gigon dan gimbo merupakan hal yang biasa terjadi di kota-kota besar. Realitas overdosis di bidang pergigian sering menimbulkan pro kontra. Antara pihak yang pasrah, malu, dan orang yang keluar dari kesulitan pergigian.

Minggu, 03 April 2011

Sudah sejak awal penhianatan mewarnai kehidupan manusia. Maka selayaknya kita tak pernah mempercayai siapapun. Bahkan dengan diri kita sendiripun juga musti waspada.

Tak ada istilah keabadian di dunia. Keabadian hanya milik orang yang sanggup bertahan dan tak terkalahkan. Kelemahan dan rasa takut untuk menikam hanya akan menjadikan kita sebagai seorang korban. Lantas bagi para pemberani dan pemilik kekuatan akan menjadikan kita sebagai seorang pemenang. Hanya para pemberani yang layak dikenang.
Sejarah disusun dan dirubah oleh para pemberani.

Tiga perempat dunia dimenangkan oleh para pemberani.

Citra D. Vresti Trisna

Salah satu hal terbodoh dalam menjalani kehidupan adalah dengan mempercayai.

Keberanian utama dalam menjalani kehidupan bukan berarti: ‘keberanian menaruh kepercayaan pada seseorang’.

Bila kita ingin tenang dan masih belum sanggup menantang kesendirian, maka jalan yang ditawarkan adalah dengan mempercayai.

Konsekwensi logis dari sikap tak percaya pada apapun adalah kesendirian. Hal ini dikarenakan, ketika kita menjalani kehidupan dengan sikap tak percaya, maka tak seorangpun akan menyertai kita. Tak akan ada orang yang memperdulikan kita. Orang akan berfikir, untuk apa aku menyertai orang yang tidak memberikan kepercayaaan kepadaku? Kemudian untuk apa aku menyertai orang yang menaruh pandang curiga kepadaku, karena lebih baik aku menghabiskan waktuku dengan orang yang percaya padaku dan memberikan pandangan yang hangat.

Hidup adalah pembenahan dan penyusunan strategi untuk melakukan penghianatan-penghianatan terhadap para pemberi kepercayaan.


Bunuh rekan atau lawanmu selagi sempat, atau rekan dan lawanmu yang mengambil kesempatan.
Sudah sejak lama kita melupakan lingkungan kita sebagai rimba gelap yang penuh dengan predator-predator ganas yang siap melumat kita kapanpun dan dimanapun. Hanya yang punya kemampuan dalam menikam dan piawai dalam mengonsep penghianatan yang akan sanggup menjadi seorang pemenang. Juga strategi yang paling cemerlang yang akan keluar sebagai pemenang. Bukan pecundang.

Citra D. Vresti Trisna

Sebuah Catatan Perjalanan ‘adu nasib’ Ke Jakarta

(romantisme masokis perjalanan seorang Citra yang cakep & Andi Mahifal yang othon)

Setiap perjalanan pasti punya sisi romantisme – yang mengajakmu, membisiku untuk segera pulang berkasih-kasih – tapi ku urungkan. Sebab aku baru memulainya

Hanya permulaan. Menemui sisi cantik, bagian paling masokistik dari sebuah perjalanan, yang hendak ku temui. Aku ingin bermesraan dengannya. Merasai setiap desiran di jantung ketika ia memelukku. Dan seperti biasanya aku menggapai-gapai ingin keluar, tapi aku tak ingin buru meninggalkan sebuah perjalanan yang sangat ku yakini untuk menemukan potongan-potongan di bagian hidupku yang berserak di jalanan. Maka, biarkan aku mencatatnya. mencari bagian dari diriku yang berserak di Jakarta – peradaban tua yang congkak.

Sebab – buat semua yang mencintaiku – ku pikir kalian tak akan menghendakiku tumbuh sebagai seorang lelaki yang tak tau diri. Atau harus tumbuh premature menjadi bayi tua yang hanya kenal beranda rumah. Dan aku benar-benar ingin hidup, dalam tualang, dalam belanga berisi keringat peradaban dan dibakar api persoalan, maka jadilah apa yang mereka sebut: nasionalisme. Aku yakin ia ada. Bukan dalam buku-buku, kamar, beranda rumah, dan pelukan. Ia ada di jalanan.

*

Tuhan Baru


Agama adalah sejenis racun jiwa, dimana budak-budak kapitalisme membenamkan nurani mereka untuk kehidupan yang layak.
(Vladimir Ilyich Ulyanov)
Agama adalah madat masyarakat.
(Karl Marx)

Tepat! Tidak ada kata lain untuk sejumlah pernyataan Lenin dan Marx. Komposisi dari kata per kata serasa begitu pas bila menjawab tentang keadaan di sini. Kampung ini. Bangkalan Madura tepatnya.
Sesuai dengan dampaknya, agama merupakan sebuah potensi yang menjanjikan bila ia diyakini pada sebuah masyarakat yang kesadaran dan budaya kritisnya rendah. Sehingga kebusukan model apapun yang berkenaan dengan agama, akan terlegitimasi dengan sangat baik. Melalui tokoh-tokoh agama yang ada, agama memiliki pengaruh dan kredibilitas yang tinggi, karena dianggap dapat menghubungkan masyarakat kepada mitos-mitos surga. Sehingga apapun yang didalilkan tokoh-tokoh agama yang ada, umumnya islam, yang dilabeli atas nama agama dan ketaatan pada ulama, akan langsung mendapatkan persetujuan masyarakat.
Fanatisme masyarakat kepada ulama Bangkalan membuat segala cela dan penyimpangan, terutama penghisapan atas tanah akan terkamuflase oleh kebohongan yang berlandaskan agama. Sehingga atas nama kepentingan, oknum-oknum ulama di Bangkalan sangat mudah melakukan pembodohan kepada masyarakat. Boleh jadi oknum ulama-ulama Bangkalan tidak pernah merestui adanya masyarakat memiliki pola pikir kritis. Hal ini akan menjadi ancaman serius bagi oknum ulama tertentu, karena posisi mereka dimata masyarakat akan terancam.

Timur

Untuk menjadi orang besar itu tidak mudah, sebaliknya untuk tiba-tiba mendadak menjadi kecil. Semua butuh energi yang luar biasa besar. Sebab kita akan membutuhkan “biaya” yang sangat banyak untuk menjadi besar, begitu juga untuk tiba-tiba menjadi kecil. Mungkin kita bisa berkaca pada R Timur Budi Raja, penyair asal Bangkalan Madura. Sekenario hidup telah membawa Timur begitu jauh terjerembab pada kubangan yang membuatnya terpaksa menyepi.

Ya, kalau ku pikir, semua orang memang butuh untuk menyepi dan berkontemplasi dengan suasana baru. Suasana untuk kembali mengumpulkan kekuatan untuk hidup, atau untuk memilih menyerah pada lembaran-lembaran kertas untuk meredakan sedikit dahaga kehidupan orang-orang di sekitarnya. Memang kita tak bisa menyangkal bila uang bukan segalanya, tapi apa semua orang juga berpikir hal yang sama. Uang memang membuat banyak kehidupan itu jauh berubah.

Menghindari Makan Nasi


Hidup butuh lebih dari sekedar kerja biasa, dan aku tau itu. Mungkin karena alasan ini, seseorang masih butuh kerja sampingan. 
Buruh pabrik masih butuh untuk berdagang kecil-kecilan di rumah. Perempuan karir masih butuh untuk merayu atasannya dengan rok seragam kerja yang minim untuk dapat sesuatu yang lebih dari bosnya. Para mahasiswi juga masih butuh untuk menjual dirinya pada rekan-rekan kuliahnya, pada  pria hidung belang dengan harga yang sangat tinggi. Bahkan pada para dosen yang kolot dalam urusan nilai. Dan aku yakin itu bukan untuk sekedar mendapat nilai A pada satu mata kuliah. Sebab kita tak boleh beli rokok, kosmetik, dan sepiring nasi campur dengan uang palsu.

Pasien Sejarah Kaum Revolusioner


Mari sejenak kita bicara soal sejarah dan revolusi.
Sejarah yang tanpa kita sadari telah menjadi Tuhan dalam kehidupan. Semua tercermin dari cara kita memujanya, dengan terus mengutipnya bagai doa sehari-hari.
Sebagai pasien-pasien sejarah, kita telah dibikin nihil dengan semangat perubahan dan memilih sesuatu yang telah menjadi kembang kertas pilihan rasional perjuangan – revolusi – sekalipun kita tak akan pernah betul-betul berani untuk kesana. Disengaja atau tidak, sejarah telah membuat kita menjadi apa yang diharapkan produsen-produsennya. Karena sejarah terbentuk dari kultur-kultur yang diamini sebagai jalan hidup.
Masihkah kita akan bertanya dan mendiskusikan persoalan sejarah dan revolusi yang sudah menjadi mitos. Kalaupun ada yang memperbincangkan, sudah bisa dipastikan aka mengalami konflik batin, antara keberanian dan mitos tangan kiri yang terkepal. Pada akhirnya kita akan menemui diri kita menjadi sosok yang mengerikan. Ngelantur kesana-kemari soal revolusi yang sudah-sudah, meski gagal, sekalipun siapa yang diajak ngelantur sudah paham bagaimana ending ceritanya.

Pemuda

Martabat usia tua dengan jelas turun. Sejak pengertian pengalaman dijatuhkan nilainya. Masyarakat teknokratis modern berpendapat bahwa pengetahuan bukannya jadi bertambah banyak bersama jalannya waktu, melainkan malah jadi ketinggalan jaman.
La Vieleillesse – Simone de Beauvoir

- Karena yang tua-tua akan meneruskan kepongahannya. Menjadi bandit atas kehidupan. Maka sebaiknya mereka dilupakan. Sekarang giliran yang muda-muda.

Kalau kehidupan ibarat sebuah edisi, maka edisi kali ini lebih banyak bicara pemuda. Sosok yang selayaknya menjadi tokoh penggerak kehidupan. Jadi bolehkah yang muda dibiarkan otaknya nganggur?

Sebab semua mesti berubah. Anggapan basi bila semua bisa dikondisikan sesuai dengan kehendak mereka yang tua-tua. Semuanya benar, tapi tidak bisa dibenarkan. Kaum tua pergerakan, sistem dan rezim yang uzur sudah mesti angkat kaki. Kalau pada pemilihan presma kemarin menjadi kemenangan rezim, sekaligus tanda bila tokoh muda tidak bisa mendayagunakan logikanya dalam memilih. Maka sudah selayaknya pergeseran dan penyadaran pada mahasiswa baru (aktivis muda) agar bisa lebih maju dalam berpikir demokratis.

Pak Beye


aku mendengar kisah ketika aku sedang ada di goa (tempatku bertapa)
seseorang dengan muka lusuh dan nampak tidak bersahabat. klimis rambutnya
sepertinya dia penguasa.

dia terus saja bercerita
sementara aku diam.

Sabda, dongengan, dan dagelan siapa lagi yang bisa menggetarkan hati gelap manusia. Menggoncang dunia dengan dinamit yang mengalir dari bahasa-bahasa lugas. Meneror pikiran-pikiran kuno masyarakat dengan satu tembakan yang tepat laiknya Vassili Zaytsev, penembak jitu Soviet yang terlibat duel maut dengan Heinz Thorvald.

nasihat-nasihat akhir tahun

Dalam sekali hidup, terkadang aku masih ragu untuk menentukan harus kemana aku ini. Menjadi benar-benar baik atau benar-benar bandit. Tapi mengapa kehidupan selalu mengarahkan untuk menjadi yang benar-benar bandit? Seakan-akan semua yang mengarahkanku menjadi bandit, tersusun secara sistemik dan membuatku tidak punya pilihan lain kecuali ikut arus.

Ini adalah penghujung tahun, yang berarti akan berganti masa, cita dan harapan. Masihkah aku sanggup menjadi sosok yang aku dan banyak orang kenal? Sosok yang dianggap “barbar” dalam versi orang-orang di sekitarku.

PETUAH BIJJAK KRONI SBY

Orang-orang yang terdampar di masa sekarang tidak akan betul-betul mengerti tentang persoalan masa lalu. Sekalipun aturan yang berlaku adalah persoalan masa lalu akan menjadi PR (Pekerjaan Rumah) untuk masa sekarang. Baik persoalan utang negara, feodalisme, sistem yang bobrok. Semuanya murni urusan masing-masing pribadi yang bersangkutan dengannya.

Kesenjangan, orang-orang yang masih berjongkok-jongkok merendah – menyembah, cium tangan dan kaki di luar batas kewajaran, dan semua, dan kemiskinan yang sengaja di ciptakan, sudah menjadi urusan masing-masing pribadi. Sebab di sini bukan kampung kepedulian. Kepedulian adalah barang mahal yang sulit ditemukan. Sehingga, kita tidak perlu lagi mengharapkannya, terutama generasi muda.

TUHAN, KAKEK, DAN KETIDAKADILAN


“Tidak ya nak. Tidak. Kau tidak akan menjadi apa-apa. Kau hanya akan menjadi seorang perempuan pembuat bom yang pertama. Nanti kau bisa mengebom istana negara. Atau kau bisa mengebom Si Buya, atau para koruptor, atau raja-raja kecil di Bangkalan. Menarik itu…”
Begitu doanya pagi itu kepada seorang cucu perempuannya yang masih kecil. Mata anak itu sangat indah, berkilau dengan cahaya kilatan pada korneanya. Dan aku bisa membayangkan, bila doa kekek itu benar, paling tidak aku akan menjumpai kilatan mata itu berasal dari ledakan bom yang dirakitnya. Api menjiat-jilat pada seisi gedung pemerintahan. Maka sekejap semuanya tuntas, lunas. Dan terbayarlah apa yang disebut sebagai dendam. 

Bogel

(Carok) Buat Unijoyo

Sehabis menonton video porno mirip Luna Maya dan Ariel. Saya menjadi teringat pada tiga orang tokoh yang masuk dalam catatan saya beberapa minggu ini, dan kemudian tiga orang ini saya namai sebagai ‘Bogel’. Bogel adalah salah satu tokoh dalam cerita pendek, sedikit seronok yang ada dalam media.

Kampus Taneyan Lanjheng Unijoyo


Mahasiswa sekarang memang suka omong miring soal rencana pembangunan kampus yang konon didasarkan pada kearifan lokal budaya Madura: taneyan lanjheng.

Banyak yang kagum. Ada yang heran, apatis, dan ada juga yang memaki. Kalau pembangunan ini jadi perbincangan saya rasa itu wajar. Konon rencana pembangunan di Universitas Trunojoyo adalah sesuatu yang luar biasa mewah. 

Soal omong miring, apa yang tidak jadi bahan gunjingan di Madura ini? Segala yang nongol dari Pulau Garam ini kerap menggegerkan akal dan tampil ora umum. Baik soal kiainya, pemerintahnya, begal, seksualitas dan aparatnya. Jadi kalau pada akhirnya dicurigai, ya itu wajar. Curigation dulu dan oalah kemudian. 

Kalau sudah curiga, maka sejurus kemudian pasti tuduhan. Tapi, sudahlah! Tidak perlu ambil pusing soal omongan mahasiswa yang nyinyir. Karena masterplan yang agak konon agak overdosis ini tentu lebih patut diperjuangkan ketimbang sekadar mendengar omong miring mahasiswa kurang makan. 

Jika punggawa kampus bilang mau bangun megah kampus taneyan lanjheng, maka jangan ditanya lagi soal segala aspek dalam persiapan pembangunannya. Kalau di luar sana banyak pembangunan megapolitan yang ogah melirik kearifan lokal, orang pada protes. Lha sekarang sudah bikin kampus yang tidak hanya sadar identitas, tapi juga menghargai warisan leluhur kok malah digunjing yang macam-macam. 

Coba bayangkan, betapa bangganya leluhur orang Madura ketika kampus taneyan lanjheng sudah tegak berdiri. Dan pendirian kampus ini seolah menelanjangi nggumun massal pada segala sesuatu yang bau “pantat barat”.

Kesadaran punggawa Universitas Trunojoyo pada pembangunan kampus taneyan lanjheng tentu tak lepas dari keinginan mencontek semangat Jepang yang mencoba bangkit usai dikampleng Amerika pakai dua bom nuklir. 

Perlahan tapi pasti Jepang bangkit dari keterpurukan melalui kesadaran pada kearifan lokal. Meski semangat itu harus sejalan dengan kejujuran, kesungguhan, dan menjaga batin senantiasa bersih dari keinginan ngentit. 

Kali ini untuk kampus taneyan lanjheng saya akan pasang badan membela dari omong miring mahasiswa ikan asin. 

Yang kurang ajar dan tak bisa ditolelir dari para mahasiswa gemblung ini adalah mempertanyakan soal toilet yang tak pernah beres di tengah gegap gempita pembangunan kampus. 

Mempertanyakan toilet itu sama saja menanyakan apakah orang yang sudah pakai jas super mahal itu tak lupa pakai celana. Ini kan sama saja melecehkan para punggawa. Meminta mereka mengurusi sesuatu yang sepele di tengah persiapan membangun. Kalau rewel soal toilet, kan bisa kencing di balik pohon atau di semak-semak. 

Jadi rencana pembangunan yang “suci” ini tak boleh dihitamkan prasangka akibat kondisi toilet yang menjijikkan. Toilet kan letaknya di belakang. Tak akan ada tamu kampus yang bakal melongok ke toilet dulu baru ke aula utama. 

Kok tega-teganya di tengah keinginan membangun, UTM justru dipersoalkan toiletnya. Toilet busuk dan pintu yang keropos hanya butiran debu di mata kampus yang tata kelolanya semakin mirip pabrik kerupuk ini. 

Siapa tahu di kemudian hari para mahasiswa gemblung itu bakal dapat kejutan: bisnis toilet umum dalam kampus. Nah, ini yang belum ada. Kalau bisnis parkir, tentu saja sudah. 

UTM akan membuktikan jika pembangunan kampus taneyan lanjheng tetap dapat terlaksana. Soal tata kelolanya yang ngehe, ya, wajar saja. Anggap saja ikut-ikut berikan pupuk alami kepada tanaman dengan kencing sembarangan di semak-semak. Kalau ada laporan anu yang gatal, silahkan digaruk sendiri. 


Citra D Vresti Trisna