Laman

Rabu, 27 Mei 2015

Pesan Dalbo Gahool untuk Mbak Semlohay yang Ditinggal Pacarnya

Mung Conto
Untuk membuktikan keseriusan saya menjadi remaja gahoool kota, maka saya putuskan untuk ke Sevel pukul tiga pagi dan nongkrong di sana. Tapi, yang saya temui hanya kekecewaan. Karena jam segitu tidak ada muda-mudi yang nongkrong kecuali seorang tukang parkir yang mulai mengantuk. Jadi bisa disimpulkan, kadar ke-gaul-an saya lebih besar dari remaja-remaja Jakarta. Yes.
Saya berencana untuk tetap berada di sevel sampai adzan subuh. Dan kalau sampai subuh tidak ada muda-mudi yang nongkrong, berarti saya menang dan berhak mendapat penghargaan sebagai “Remaja Gaul Radikal in This Year”.
Menjelang pukul empat pagi, ketika hendak menyalakan rokok, saya dikejutkan oleh sebuah Pajero yang menikung tajam dan berhenti di parkiran sevel.
Bangsat betul itu supirnya, pikirku. Tiba-tiba seorang perempuan berambut mengombak dan bodi semlohay keluar dari mobil sambil merajuk. Ia membanting pintu mobil dan berjalan terhuyung-huyung ke arahku dan duduk tak jauh dari kursiku. Tak lama setelah itu, seorang pria keluar dengan tatapan gamang dan bibir dikulum seperti sedang menyesal.
Sementara si pria masuk ke sevel, aku mencuri pandang dengan perempuan di sampingku yang mulai terisak-isak. Ingin sekali bertanya, tapi sejurus kemudian kubatalkan karena pelajaran penting hidup di kota adalah: jangan ikut campur urusan orang lain. Tak lama berselang, si pria datang dengan dua gelas minuman aneh yang keluar dari mesin kopi yang sampai sekarang, jujur saja, tak bisa kuoprasikan. Tapi, sebagai anak gaul, saya berjanji dalam hati: suatu saat saya pasti bisa cara mengoprasikan mesin yang bisa keluar kopinya itu.
”Lo ini kenapa, sih? Kalau gak sayang gw lagi ngomong dong. Gak usah ninggal pake alesan kaya gini,” kata si perempuan dengan teriakan tertahan.

”Udahlah beb, lo jangan nangis gini. Yuk diomongin di rumah gw aja,” kata si pria, berusaha menenangkan.
Tawaran si pria hanya dijawab dengan geleng kepala tak percaya oleh si perempuan sembari menarik kaus si pria dan mulai menangis. Saat itu, aku hanya sok tidak peduli, padahal itu adalah pemandangan wagu sekaligus mengharukan dan menegangkan serta membuatku berpikir dalam-dalam.
Dari segi penampilan, si pria ini tergolong bermuka kurang dari pas-pas-an. Berkulit gelap. Bentuk wajah oval bukan, tapi lingkaran juga bukan. Kalau seperti itu apa namanya?
Selain itu, kondisi si pria diperparah dengan struktur gigi-gigi agak runcing dan mrongos renggang namun berani menantang angin. Lalu, pertanyaannya: mengapa perempuan secantik dan imut ini mau dan bisa dibuat menangis oleh pria bermuka tutup botol fanta? Tanda akhir jaman?
Setelah ajakan setengah paksa untuk pindah dari sevel ini ditolak si perempuan, si pria melanjutkan kata-katanya. ”Udah deh, lo gak usah lebay gini. Gw udah baik banget mau jujur ama lo. Ya... Meskipun gw tau, itu salah. Itu nyakitin buat lo. Tapi, gw harus jujur kalo kita udah ga cocok lagi. Kayaknya kita perlu udahan atau apalah terserah. Pokoknya kita gak usah ketemu dulu...,” kata si Mas Gigi Seram (Giram) ini.
Tapi, dibalik ketidaktaudirian si Giram ini, jujur dalam hati saya yang paling dalam, saya akui kalau gaya dia itu asyik banget. Sehingga diam-diam aku memafhumi mengapa si Perempuan Imut Tapi Buta (Permuta) ini kayaknya cinta mati banget dengan si Giram. Yah, memang, sih. Terkadang perempuan lebih sering mengalami proses jatuh cinta yang setandar: jatuh cinta dari kuping. Sedangkan pria jatuh cinta dari mata. Apalagi si Giram durjana ini kayaknya orang yang cukup berada. Sehingga dalam kasus Giram dan Permuta, aku bisa memaklumi.
”Bangsat!! Lo taik banget. Playboy cap tikus...!! Lo inget gak omongan lo dulu ke gw? Lo inget gak janji lo ke gw? Waktu ngemis-ngemis minta gw nerima lo...” kata permuta sambil terus terisak-isak. ”Tapi, sekarang setelah lo.... Lo pake janji segala mau nikahin kek, bulan madu, ah taik,”  kata si permuta yang terus meracau.
Permuta tidak meneruskan kata-katanya. Padahal aku sangat ingin tau apa yang terjadi pada Permuta. Dan yang paling aku senang adalah ekspresi si Giram. Dia kelihatan senang sekali sambil sesekali membuat bulatan-bulatan dari rokok mild-nya. Bahkan dia bisa mengangguk-angguk seperti sedang mengikuti irama musik yang entah apa.
”Iya sih. Itu dulu banget cobak. Sekarang, ya, sekarang. Kalo emang udah flat aja, gw mesti gimana?” jawab si Giram.
FAK....
Tapi, sumpah. Itu sangat memukau. Di kedalaman saya ada rasa yang campur aduk. Ada rasa geli melihat pemuda cukup mapan (sok) gaul dengan penampilan yang ora sumbut dengan body. Rasa senang, karena dengan adanya si Giram ini, pemuda yang kurang ganteng jadi punya harapan. Karena yang berdenyut sudah bukan lagi denyut jantung dan rasa, tapi uang.
Dunia memang terbalik-balik. Tampan bukan lagi komoditi utama di pasar perempuan cantik macam Permuta. Karena siapa yang bermulut bunga tapi menyimpan badik dan punya sedikit uang untuk traktir makan-minum-nyalon-belanja-ngamar pasti bisa memenangkan hati perempuan macam Permuta. Tapi, saran saya, jangan pernah mengantungkan harapan dan benar-benar percaya pada percintaan macam ini. 
Saya, tak habis pikir. Ternyata PHP itu tidak hanya milik pemuda perlente dengan wajah banci berkulit mulus dan bersih. Ya, PHP milik semua orang (yang punya uang).
Di kota, harapan palsu itu lumrah. Penipuan bukan lagi peristiwa mencengangkan. Pemandangan perempuan kena tipu itu seperti terbit dan terbenamnya matahari: ada, tapi tidak ada yang peduli.
Orang-orang sudah tidak lagi peduli pada ibu-ibu yang menangis meraung-raung di pinggir jalan dengan alasan kena tipu dan memelas minta ditolong. Kata mereka: itu palsu, penipu yang ngaku kena tipu, jaring-jaring setan atau apalah. Dan memang begitu sulitnya untuk bisa mendefinisikan mana korban penipuan dan mana jaring-jaring penipuan.
Sedangkan untuk kasus Permuta dengan Giram ini membuat saya belajar: uang adalah kesanggupan. Uang adalah kemungkinan seseorang bisa berbuat seenaknya. Dan uang adalah shortcut mendapat kepercayaan seseorang atau untuk lawan jenis. Meski, mungkin si Permuta tidak meletakkan harapannya pada Giram, tapi pada segala kemewahan yang dimiliki Giram.
Di kota ini, semua yang berbau hati nurani adalah kenaifan yang teramat sangat. Sehingga dalam hal cinta-pernikahan-ranjang tak lebih dari sebuah kemenangan judi lotre di waktu yang tepat. Karena kebosanan dan inkonsistensi adalah hal yang lumrah dan tak perlu disesali atau ditagih dengan tangis. Karena kedurjanaan adalah sesuatu yang nisbi.
Ah, Permuta. Saya pikir korbanmu adalah pria-pria lugu dengan gaji tanggung. Saya pikir penampilan adalah satu-satunya jalan untuk “berkehendak” dan memilih kebahagiaan cinta kasih. Saya pikir, kau mampu untuk memilih seratus dari ribuan pemuda mapan dan tanggung untuk kau injak tengkuk mereka. Eh, ladalah, kau malah ketangis dengan bergajul macam Giram.
Tiba-tiba ingatan saya kembali ke kampung. Saya jadi ingat bedak-pupur yang agak over dosis di wajah perempuan-perempuan desa yang tidak cantik-cantik amat. Mereka kalah jauh dari kau. Mereka tak mampu membuat rambut mereka sebagus rambutmu. Mereka tak punya bodi semlohay macam kau. Mereka tak punya kesempatan pakai baju yang bikin rrraawwwwrrrrr para pria, karena belum sampai pakai pakaian sexy, sudah dijewer mak’e dan pak’e. Alhasil mereka tampil biasa saja.
Tapi, mereka sama-sama punya harapan akan cinta seperti kamu. Mereka ingin dapat kemapanan seperti yang kamu rasakan. Mereka sebenarnya tak ingin bedak murahan di dahinya luntur karena terbakar matahari dan pasti sangat pengen di dalam pajero seperti kamu. Mereka juga pasti ingin pakai parfum seperti kamu, tapi mereka hanya mampu membeli minyak murah yang baunya dijamin mulek bikin pusing. Itu pun sudah bagus bisa pakai parfum. Karena, pacar mereka, yang buruh-buruh pabrik itu gajinya ndak cukup buat beli parfum mahal, paling-paling, ya, minyak angin.
Tapi, setahuku, mereka tidak sebegitu jatuh dan terhina macam kamu sekarang. Keterbatasan uang dari pacar-pacar mereka membuat tidak ada kesempatan untuk aneh-aneh. Jangankan, berpikir soal hubungan yang sudah flat. Sudah dapat pacar buat nikah hari depan saja syukur-alhamdulillah. Bisa punya teman untuk ke pasar malem beli pentol saja sudah gagahnya minta ampun. Bisa mengantar calon ibu meretua pake sepeda kredit saja rasanya sudah kaya jadi rambo. Mbois poool pokok’e.
Permuta yang sedih hatinya. Aku punya saran buat kamu sebenarnya, tapi saya takut kamu anggap sok baik. lagi pula kamu juga akan men-jancuk saya dengan suara nyaring. Jadi, saya simpan saja nasihat saya.
Di mata remaja ndeso gahoool seperti saya ini, kamu itu sudah wow banget. Seandainya kau tinggal di kampung saya, kamu pasti tidak hanya jadi rebutan para remaja. Bahkan para lurah dan orang tua pun akan berkompetisi memenangkan hatimu. Dan kalau sudah seperti itu, maka percayalah kepada saya, pilih yang dari mereka yang biasa saja. Karena biasanya yang minim potensi bahayanya. Kecil kemungkinan kau akan diperlakukan seperti Giram. Karena kau akan diperjuangkan dengan darah.
Kau akan diajak keliling pasar malam dengan bangga. Beli pentol. Naik sepeda kredit. Disuruh mijet sepulang nguli. Ah, tapi jangan deh. Kamu di sini saja nemenin Giram. Kasihan mbak-mbak di kampung.
Tak berapa lama drama diakhiri dengan adegan membanting gelas plastik kopi dan si permuta masuk mobil. Dua remaja tanggung tadi berlalu dari hadapan saya.
Baik-baik, ya, Permuta. Seandainya kau diputus malam ini. Serang si Giram itu tepat di giginya dengan tas mahalmu, atau pakai hak sepatu. Berdasarkan pengalamanku, kelemahan orang seperti Giram itu ada di giginya.
Ngantuk, jeh. Sakmene sek...

Jakarta, 10 April 2015

Dalbo EaNg GaHool BeUddzz

2 komentar:

Esti Maryanti mengatakan...

"Lalu, pertanyaannya: mengapa perempuan secantik dan imut ini mau dan bisa dibuat menangis oleh pria bermuka tutup botol fanta? Tanda akhir jaman?"

Saya ngakak parah di bagian itu. :P

Unknown mengatakan...

Giram itu asline Kejiwaane mas Citra yang lain.

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.