Laman

Rabu, 29 Februari 2012

# Tai Kucing 3


HIPOKRIT

Seseorang mengataiku seorang HIPOKRIT. Sudahlah, itu masih lebih indah ketimbang menjadi seseorang yang barbar, yang buru-buru percaya pada perjuangan dan buru-buru melupakan dan memaki habis orang yang diperjuangkan. Ini bukan romantisme, tapi aku ingat apa yang dikatakan Ernesto. Kurang lebih seperti ini: “di Bolivia aku merasakan perjuangan yang sesungguhnya.” Berjuang untuk orang-orang yang tak mengerti bila sedang diperjuangkan. Berjuang untuk orang-orang yang apatis; berjuang melawan dalam kediaman yang dingin.
Ernesto adalah seseorang yang melankolik. Orang yang sentimentil dengan banyak keadaan yang terjadi di sekitarnya. Tapi ia hanya tau menekan pelatuk untuk sesuatu yang diyakininya “benar”; perang adalah soal membunuh atau terbunuh.

Jumat, 24 Februari 2012

# Tai Kucing 2


Semacam Catatan:
“Ucapan Selamat”

Sewaktu di perpustakaan, aku kembali bertemu dengan Indah, kawan KKN dan berbincang-bincang sejenak sembari menunggu kawanku mencetak KRS. Sebentar lagi ia lulus. Mungkin tinggal skripsi. Aku bisa melihat optimisme di matanya. Seperti sebuah cahaya berpendaran dari korneanya yang selalu nampak letih. Ia juga menanyaiku seputaran basa-basi kuliah yang aku sendiri tak tau apa jawabnya; meskipun segalanya pasti ku selesaikan, meski aku tak tau kapan waktunya.
“Sukses, ya.” Tukasnya.
“Ya, sukses juga kau.” Kataku, basa-basi.
“Sukses” yang ku ucapkan dalam pengertiannya dan basa-basi pertemuan. Aih, sukses apa? Sukses dalam pengertian motivator itu kah? Atau ada penjelasan lain? Tak berjawab.

# Tai Kucing

Semacam Catatan:
Kesalahan dan Penjara

   Menurutmu, apa yang menarik dari hidup kalau bukan hidup itu sendiri? Berjalan sendirian di tengah malam sampai menjelang pagi. Duduk di antara pesawahan, atau di bawah terang lampu dimana pagimu benar-benar sepi. Mengingat-ingat kembali orang-orang yang pernah kau sakiti, seperti: ayah, ibu, perempuan atau lelaki yang pernah mengisi hidupmu dan mungkin juga sahabatmu. Saat itu, terkadang tak kau temukan penyesalan yang bisa dibahasaan lewat kata hati yang berpacu dengan detak jantung. Hanya ada dua kepastian: pertama semua tak mungkin kembali dan mengikhlaskannya menjadi sejarah untuk dibuka kapan pun kau suka; saat kau butuh untuk menyesali semuanya. Kedua, hidup haruslah ditempuh dengan berani dan sebuah janji bila tak akan mengulang kesalahan yang sama dikemudian hari.