Laman

Rabu, 19 Desember 2012

Gie


Gie, kesepian adalah membunuh waktu bersama pengap dan berkawan rindu yang entah harus dialamatkan pada siapa.

Terimakasih, Gie. Untuk keberanianmu melawan; pemikiran yang kau luapkan lewat tulisan-tulisanmu. Karena dengan itu kau tetap hidup hingga kini. Hidup dalam pikiran dan diamini oleh mereka yang mengaku “berjuang”. Dijadikan pemanis retorika dan dikutip oleh siapa saja yang kebetulan ingin dianggap berani dan pintar. Dan kau sudah jadi semacam pasword bagi mereka yang ingin tampil.
*
Aku kenal kau lewat buku-buku yang membual soal revolusi. Buku-buku itu menggambarkan kau bak pendekar yang tak mundur meski ditodong moncong bedil. Meski kau membantahnya dengan cara mati sunyi dalam rindu di puncak tertinggi pulau Jawa:  Semeru. Karena aku adalah bocah labil yang mudah penasaran, maka aku mencari-cari tulisanmu dan mencoba mengenal siapa kau sebenarnya. Kira-kira seperti itu aku mengenalmu dulu. Meski kau tak perlu mengenalku, salah satu bagian dari korps hipokrit dari organ yang masih percaya pada perjuangan dan revolusi, namun sangat rajin menjilat.

Jumat, 14 Desember 2012

gak perlu bilang waw soal: pelacur



Bicara pelacur, saya ingat dua hal: pelacur, anjing dan sorga; kemudia soal makian. Selalu ada kemungkinan-kemungkinan bagi hidup yang tak pasti. Kata ibuku, Tuhan itu tegas soal hukum, tapi juga welas asih. Hanya ciptaanya saja yang kadang sok. Tapi saya percaya, di kampus (UTM) ini semua orangya baik. Tidak sombong. Hanya sedikit nyinyir soal urusan orang.
Terimakasih sudah mau membaca.

                                                                          cdvt
                                                                Masyarakat Goa

Rabu, 12 Desember 2012

Rokok


Saya tak mau mati dengan barang sekecil ini (rokok), tapi saya enggan bila harus berhenti membelinya. Bagi saya, rokok adalah keseimbangan yang membuat seorang manusia memenuhi kodratnya untuk ‘menyamping’; untuk sawang-sinawang.

Saya sungkan kepada Tuhan bila tidak merokok. Pasalnya Ia sudah terlanjur membuatnya, dan kupikir tidak mungkin Tuhan membuatnya tanpa maksud yang jelas. Buktinya karena tembakau, Surya Wonowidjojo bisa punya duit sampai US$ 10 milyar. Hal ini membuktikan keseriusan Tuhan dalam memberikan manfaat bagi Wonowidjojo. Tuhan juga sangat serius memberikan kehidupan bagi para petani tembakau di Madura, pengusaha pupuk, makelar di pasar-pasar, tengkulak, buruh linting, supir truk-truk besar yang mendistribusikan, agen-agen besar, pengecer rokok warung kopi, juga saya sendiri.

Saya senang berbaik sangka dengan ciptaan Tuhan, terutama tembakau. Hanya saja pihak kedokteran di seluruh dunia dan dinkes selalu membuat saya gerah lantaran menghalangi kekhusukan saya berbaik sangka. Iklan anti rokok dibiayai dengan wah, tanpa berpikir dampak jangka panjangnya. Harusnya, kalau pakai akal sehat, mestinya senang kalau banyak orang terjebak dalam lubang racun nikotin. Rumah sakit jadi laku kalau banyak orang memeriksakan paru-parunya dan ilmu si dokter selama kuliah bisa berguna, jadi duit, sukur-sukur bisa (naudzubilah) mal praktek. Bukannya rumah sakit adalah bisnis orang sakit?