Laman

Sabtu, 24 Mei 2014

Pelajaran Sabar dari Mas Guru

”Percayalah, dek. Kebijaksanaan hanya ada dalam lagu-lagu.”

Tiba-tiba kata itu kembali terngiang di telinga saya. Kata-kata dari seorang sesepuh yang mungkin kelasnya setara dengan Tuan Guru Tretetet di Lombok. Kehendak dan spontanitasnya kerap menggegerkan akal. Tapi jujur saja hatiku selalu tersenyum simpul bila merasakan sepakterjang guruku yang satu ini.
Kedigdayaan guruku dalam penguasaan ilmu sabar ini benar-benar tak tertandingi. Kendati demikian, dia tetap sulit dibedakan dengan guru-guru lainnya karena caranya mendidik dan sikapnya yang rendah hati.
Kerendahan hati dan sikap menunduk dari guru sekaligus kawan baikku ini benar-benar di luar nalar. Dan si mas gondrong, kawanku, ini adalah antitesis dari guru yang ada di dunia. Kalau suatu saat seorang guru seni sedang menerangkan tentang seni, mesti paling tidak si guru seni ini mempraktikkan sesuatu yang nyeni. Entah itu tingkah lakunya, model rambutnya yang nyentrik atau tindak-tanduknya yang menunjukkan betapa si guru seni ini patut didengar kata-katanya.
Kalau mas gondrong si guru sabarku ini bersikap sebaliknya. Meski dia adalah guru besar ilmu sabar, tapi tingkah polahnya kerap terbalik. Dia kerap terlihat tak sabar dan nampak diburu waktu. Bahkan yang membuat aku sangat takzim padanya adalah karena beliau tak perlu bicara hingga berbusa hanya untuk menjelaskan makna sabar. Tuan guruku ini cukup berbuat sesuatu atau melontarkan kata-kata yang bisa membuat kepala kami serasa mau pecah dan dada kami meledak.

Kamis, 15 Mei 2014

Perjalanan dan Seorang Kawan

Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kita mengerti, tanpa bisa kita menawar, terimalah dan hadapilahGie
Kepada seorang kawan yang sepi, tersenyumlah sebelum kau lewati semak bermiang hidup. Mungkin, tak ada cara lain kecuali menghadapi apa saja yang ada di depan dengan berani; tanpa perlu menyesali yang telah lewat.
Kau tau, kawan, siapa yang tak pernah terperosok di kubangan dalam sekali hidup? Siapa yang bisa lolos untuk mendapat predikat ”bandit” di satu putaran hidup? Termasuk kau, mungkin.
Meski sudah cukup lama kita tak bersua. Dan sekali ini, ketika kau hanya melihat jalan buntu; tidak! Aku tak akan menghiburmu dengan kata ”sabar” yang klise. Aku bukan seorang barbar yang berambisi membuatmu jadi baik-buruk—dimana kedua jalan itu adalah murni hakmu sebagai seorang manusia yang berkehendak.
Tapi, ketika kau mengatakan bila tak perlu tanggung untuk jadi manusia: benar-benar jadi baik atau total menjadi orang bejat. Kau tau, aku hanya bisa tersenyum. Hey, apa kau sedang panik?
Mungkin di matamu sedang tak ada kemungkinan lain untuk arah yang ingin kau tuju. Atau kehilangan sesuatu yang prinsipil membuat jalanmu seakan dipenuhi kabut? Ya, kawan. Lagi-lagi denganmu, aku hanya punya sebuah ”mungkin” untuk menerka apa yang ada di pikiranmu.