Laman

Minggu, 21 Februari 2016

Kalijodo dan Keberanian Anak TK

Kalijodo! Mengapa harus kau yang bakal tumpas? Mengapa dengan cara seperti ini kau dibubarkan? Menurut saya, ada tiga hal yang jadi penyebab kekalahanmu: pertama, mungkin kau sedang sial. Kedua, mungkin ini adalah waktu yang (dianggap) tepat. Ketiga, ini takdir.
Mungkin ketiga jawaban itu benar. Kalau pun salah, tentu alasan terakhir tidak mungkin salah. Karena nyatanya kau memang bakal tumpas. Saya tak pernah membayangkan kau harus habis dengan cara ini. Ketika orang-orang kalap dan kehilangan dalih, kau harus disingkirkan 29 Februari nanti. Kalau benar kau sedang sial, saya tak akan banyak komentar, karena kesialan adalah kesunyian yang tak dapat digugat. Tapi, kalau penutupanmu dianggap sebagai momentum yang tepat, mungkin saya akan cerewet.
Kalau benar, kau hanya tumbal orang kalap yang kehilangan dalih, maka keputusan itu bisa benar juga bisa salah. Benar, karena letak ”pelacuran” dalam diri manusia melebihi kedekatannya dengan Tuhan. Pelacuran bersemayam di jantung. Hidup dalam diri manusia dan mengeram. Pelacuran berdenyut pada nadi manusia paling alim sekalipun dan membuat mereka karap malu-malu tapi ngaceng. Sehingga keberadaan mereka adalah sebaik-baik jalan agar orang terusik dan ribut lalu perhatian mereka tertuju padamu.

Kehadiranmu diprediksi akan menggugah orang-orang untuk ikut ambil bagian lantaran merasa kehilangan sebagian dari diri mereka. Tapi, begitulah hidup memperlakukanmu: ”pelacuran kelamin” adalah satu-satunya ”pelacuran” yang layak dikorbankan. Sedangkan pelacuran dalam bentuk yang lain ­­— pelacuran norma & etika, pelacuran agama, pelacuran cinta, pelacuran rs sumber KPK — selamat karena keberadaan mereka tak mencolok seperti keberadaanmu. Kehilanganmu juga diprediksi akan membuat orang-orang marah, mengutuk kehilangan dirinya dalam diam. Serta yang paling penting, bersiap mencari wc baru untuk buang sauh.
Pembubaranmu juga bisa saja jadi sangat keliru. Karena, ketertindasan ”warga asli” oleh para pendatang yang sok jagoan membuat rencana penggusuranmu hanya sekedar angin lalu. Rasa tertidas membekas lebih kuat dibandingkan dengan hasrat untuk mempertahankan sebagian ”dirinya” dengan berbagai dalih. Meski saya terkejut bila kekalahanmu tak banyak membawa arti.
Jujur saja, saya sedikit menyesal kehilanganmu. Karena kalau kau benar-benar tak dikehendaki ada, mengapa tidak dari dulu. Mengapa ketika kau telah jadi toto tentrem kerto raharjo, kau justru diberangus dengan alasan yang megap-megap. Selain itu, pembubaranmu adalah cermin bila pion-pion lucu yang suka ngamuk-ngamuk itu jelas tak paham psikologi massa dan tak punya mripat sakti yang cerdas melihat potensi pencitraan dan celah pengalihan isu macam tukang mabel.
Pembubaranmu tak banyak membawa dampak kecuali menciptakan jamban di sepanjang jalan diantara gedung-gedung megah. Tapi, hikmah yang bisa kupetik dari pengorbananmu yang tak berguna adalah pembuktian pada satu hal: rasa marah dari inferioritas sekelompok orang-orang lokal itu mengerikan. Orang yang akan memberangusmu lupa bila sedang berurusan dengan warga asli (yang kebetulan punya jabatan strategis) dan sudah lama diinjak tengkuknya. Dan mungkin sipemberangusmu kali ini baru merasakan ”api” orang-orang tersingkir.
Duh, Kalijodo yang malang. Ini adalah PR buat Kalijodo-Kalijodo jilid dua sampai jilid seratus. Kalian perlu memoles wajah secantik mungkin untuk bersiap bila ada kejadian serupa. Kalau perlu, kalian harus mempertahankan diri dengan darah dan parang, sebagaimana kangmasmu: Dolly.
Saya kehabisan kata dengan rencana pemberangusanmu dari rumah sakit jiwa raksasa ini. Tapi, terimakasih telah menjadi ”ayat” untuk menujukkan bila jongos kongsi dagang itu tak seberapa punya otak dan tak sebesar mulutnya. Soal rombongan anak TK yang tiba-tiba punya keberanian, saya ucapkan selamat berolahraga. Karena toh sebentar lagi mereka ditertibkan dalang yang lebih besar dan kembali menonton video porno sambil mengantuk.
Selamat tidur Kalijodo. Mimpi indah lah kelak. Dalam buku sejarah. Dalam hati pecintamu. Kalau sejarahmu tak pantas dicatat, minimal namamu bakal disebut-sebut di dalam CV para preman, mbak-mbak gemes. Dan tentu saja diam-diam kau akan selalu kami kenang diantara sepi dan merana kehilangan.

Roxy, (tanggal rodok tuwo) Februari 2016

Dalbo

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.