Laman

Sabtu, 20 Februari 2016

Menangisi Orang yang Jarang Pulang

Melahirkan Aku           

bila kau rindu hujan pertama
pembawa banjir tubuhku. ikat aku
dari sekian banyak aku; tiriskan
salah satu aku agar terbelah
seperti biji rumput. seperti
kemacetan kota yang cemas

lahirkan aku seperti teluh
melesat-tembus ke jantungmu
membakar tahayul yang mengeram
mencungkil kontainer modernitas
yang tumbuh bersama dongeng
bulan purnama yang bocor tertikam
dan cahayanya bocor. mengalir
ke parit-parit yang baru dikeringkan

bila kau tak menghendakiku
sebarkan biji aku di pusat kebugaran
di mall senayan agar aku menjadi kau
dengan wajah yang lain. wajah
yang selalu ingin kau setubuhi
saat musim berubah jadi kemarau

(2015)


Melancong ke Langit

kuhadiahkan padamu setangkai kembang
kelopak yang menyala ketika lampu padam
mengetuk pintu kamarmu dengan seribu gelap
mengelus tubuhmu dengan mesin aborsi
membantumu mengenali wajah kita. wajah
kecil yang senang melancong ke langit

(2015)



Aku Mencintai

aku mencintai kota ini
ia memberiku dangdut
telanjang. memutar sukma
menyalakan mabuk rindu
ayat-ayat terlarang

aku mencintai gadis ini
yang memberiku tidur
lebih lembut dari kapas
lebih putih dari angsa

(2015)


Menangisi Sebelah Tangan

di bawah cahaya merkuri
mimpi nasib baik dalam dongeng 
ngelangut, ingatan berpendar
ia merenungi sebelah tangannya
yang dibawa pergi

kekasih yang lupa cara telanjang
hanya loker tak berpenghuni

lalu, di sela jam-jam malam
ia bertanya:
mengapa sekotak coklat, peta di lantai
tak membuat meja dihias botol-botol kecap cap singa?
mengapa suara serak di halaman tak mengagetkan
foto kekasih di pinggir vas bunga?

di bawah cahaya merkuri
diantara usia yang berlari
ia menangisi sebelah tangannya
yang tak pernah kembali

(2015)



Mengarang Jalan Pulang

bila ikan jerung bersiul ke dekat telinga laut
jala dikemas ke dalam peti. layar dinaikkan
suara bisu menepi, menyebrang ke kampung nelayan
selalu akan ada yang pulang dengan menyanyi
tertawalah lebih keras agar angin mendorong perahu
tersenyumlah lebih lebar agar ingat jalan kembali
ke rumah: peluk-cium yang asin, warung tuak


(2015)


*tau nang radar sby

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.