Laman

Rabu, 19 Juni 2019

Juni Mop Sandiaga Uno


”Sandiaga Uno Digadang Menjadi Menteri Kabinet Jokowi Periode Kedua.” Kata berita.

”Jokowi: lima tahun ke depan saya tidak memiliki beban apa-apa.” Kata berita lagi.

Namanya juga artis. Omongannya bakal diperdebatkan banyak pakar. Termasuk yang paling banyak diperdebatkan adalah hangat-hangat tahi ayam berita soal Sandiaga. Mungkin inilah biang kerok yang membuat mantan Gubernur DKI ini kerap keselek waktu makan: dirasani ngalor-ngidul.

Bukan Jokowi namanya kalau tidak kontroversial. Kalau orang-orang pada ndak ngerti, tolong dicatatat, ya! Seandainya Sandiaga benar-benar masuk kabinet, ini berarti rekonsiliasi yang serius. Siapa berani meragukan kedigdayaan mantan kang kayu dari solo ini dalam menyatukan rakyat? Konon hanya dengan kentut, keterbelahan rakyat akibat kontestasi pilpres 2014 dan 2019 dapat teratasi.


Belio adalah panutan saya karena salah satu tipe manusia langka yang hadir di tahun-tahun sudrun ini. Konon untuk mendapatkan satu sosok Jokowi, butuh jutaan Semar diblender dan saripatinya diperas, dicampur air mata rakyat, umpatan pembencinya di jeruji penjara, pekik protes penuntut kasus HAM diselesaikan. Usai semua bahan-bahan itu dicampur. Diurap jadi satu dan jadilah Jokowi.

Sufi besar dari Solo ini adalah pemimpin besar yang sederhana. Kesederhanaan pria kurus ini jauh melampaui Semar. Kalau Semar berbadan tambun, Jokowi sangat ramping. Kemudian hubungkan dengan pengiling yang mengatakan: berhati-hatilah pada orang yang bertubuh gemuk. Kalau Jokowi kan ramping, jadi boleh dong kalau kita bisa percaya-percaya saja padanya. Meski di sisi lain, kang kayu ini tidak terlampau senang dipuji dan tidak mewek dimaki.

Segala yang melekat pada pada Jokowi, baik fisik dan sepak terjang politiknya, menunjukkan kebersahajaannya sebagai seorang pemimpin. Coba anda lihat wajahnya yang tidak pintar dan tidak ndlahom; lihat tingkahnya yang tidak ndeso dan tidak terlalu kota. Jokowi adalah penghayat khoirul umuri ausatuha (sebaik-baik perkara adalah yang di tengah). Mungkin inilah yang membuat keputusan yang ia buat kerap mencurigakan, mencemaskan sekaligus nyeleneh.  

Para pakar yang kemeruh itu boleh saja menilai rakyat bakal kecewa mendalam dengan para elit, karena rekonsiliasi yang terjadi adalah masuknya nol dua dalam kabinet. Tapi, sekali lagi, para pakar itu ngerti apa?

Berani-beraninya para pakar sekarang kritik Jokowi. Apa mereka ndak tahu Jokowi sekarang sedang ndak punya beban apa-apa. Itu semacam kode keras bila dia sedang berlibur. BPN dan pakar boleh terus lontarkan kritik kalau kebetulan Pakde sedang kerja kerja kerja. Tapi, kalau sedang gak ada beban; sedang selo, dan kalian para pakar dan BPN masih ngomong ngawur. Tunggu saja giliran dikutuk jadi teman Ahmad Dani main gaple di penjara. 

Saya minta tolong pada para pakar sekalian. Mohon anda berwudu agar analisa anda jernih. Jangan hanya mengasosiasikan kata ”beban” hanya pada kecerewetan mama Megawati saja, pada tarik kepentingan para mantan Orba di pemerintahan belio. Bertobatlah, minta ampun, pada Tuhan dan Mas Joko.

Para pakar yang budiman, bisakah saya minta tolong agar anda bersikap biasa saja dan tidak kagetan dan nggumunan macam ABG. Apa anda tidak belajar bila selama ini belio kerap membuat sesuatu yang membuat ngaceng banyak pihak. Lalu mengapa sekarang mesti kaget dengan agenda masuknya Sandiaga di kabinet. Ini kan belum terjadi. Ya, mbok santai dikit.


Kalau begitu, kenapa ndak Prabowo saja sekalian dijadikan wakil?


O, tenang saja. Prabowo boleh masuk kabinet asal tepat posisinya. Di wilayah mana Prabowo bisa masuk? Ke urusan perjumblengan tentu saja. Kerjanya apa? Nimpal kotoran kuda, bikin teh kalau ada tamu, dan menulis puisi sembari merenungi hidup. Kenapa puisi, dia bukan penyair? O, itu simpel sekali. Kekecewaan berkepanjangan mengantar seseorang ke tiga alamat: RSJ, fakultas filsafat dan dunia kepenyairan. Kalau caleg gagal bolehlah masuk RSJ, kalau negarawan satu ini sebaiknya kita doakan jadi penyair dan filusuf.

Kita harus memahami, keputusan Jokowi tidak melibatkan Prabowo dalam kabinet adalah sesyahdu-syahdunya cinta pada lawan abadinya ini. Seperti apa bentuk cinta itu? Ya, tentu saja membiarkan Prabowo sendiri. Memberi waktu luang yang banyak untuk mengendapkan puisi yang telah ditulis. Bisa juga meresapi kejombloan Nietzsche yang berkelana menyimpan patah hati penolakan. Atau sedikit ngambek pada Tuhan lantaran tak kunjung memeluk doanya. Prabowo punya banyak PR luka yang harus dimanajemen; diurai positif negatifnya menjadi cahaya.

Pakde juga memberi waktu pada separuh rakyat yang mewek menyesali kekalahan Prabowo. Mereka diberi waktu untuk bersedih, untuk kemudian diajak—seperti tahun 2014 silam—salam tiga jari. Soal benar-benar bersatu atu tidak itu urusan nanti. Tiga jari saja dulu. Metal sekali, bukan? Sudah bisa merasakan keluhuran Jokowi?

Kembali soal Sandiaga yang baru saja kalah judi. Lho, bukannya MK belum beri keputusan? Ssshhh… ndak usah banyak cingcong, itu cuman soal kentut dua tiga kali dan beres.

Yang perlu direnungkan serius adalah soal skenario Sandi benar-benar masuk kabinet. Kalau ini benar, tentu saja ini adalah bentuk kebaikan presiden kita. Simpel saja dong mikirnya: bangkrut di nol dua, dipersilahkan dan ditolong untuk masuk kabinet. Mudah, bukan? Kalau memang batal masuk kabinet, itu kan sudah biasa. Oya, sekedar bocoran, kalau Sandiaga ternyata hanya di-PHP, lagi-lagi ini adalah salah satu bentuk kesufian Jokowi yang lain. Hanya belio yang mampu mendidik rakyat untuk tidak menggantungkan harapan pada manusia. Karena sebaik-baik tempat menggantungkan harapan adalah Gusti Allah. Nah, apakah penjelasan saya barusan bisa menenangkan anda bila sewaktu-waktu sufi agung ini tidak tepati janji kampanye?

Dan untuk Sandiaga, pengusaha muda satu ini perlu dididik lebih keras agar ke depan tidak salah langkah memilih kawan berjudi. Sudah tahu Prabowo adalah legenda kalah judi, masih saja pasang taruhan padanya. Prabowo adalah Tsunade pria dari Indonesia. Terbukti zonk, kan?  Ndi Sandi, lu mamam tuh jengkol warteg. Anggap aja ini Juni Mob, karena April sudah lewat.

Lebih jauh lagi, bila hembusan kentut soal masuknya Sandiaga di kabinet ini ternyata hanya pepesan kosong. Justru inilah puncak kesunyian Mas Joko dan sesuatu yang Subhanallah sekali. Ini bukti kerelaan dan keberanian Jokowi untuk tampil buruk dan dinilai plinplan di mata rakyat. Karena sesungguhnya, apa yang belio lakukan adalah menyadarkan rakyat yang keblinger syirik kecil: menaruh harapan pada manusia. Kang kayu yang sederhana ini tidak tega hatinya membiarkan rakyat dimurkai Gusti Allah. Kalau sudah begini, saya ingin menantang para pembencinya. Mana buktinya Jokowi hanya bisa pencitraan saja? Duh, Jokowi, aku makin sayang sama sampean.

Soal ribut-ribut analisis pakar nol dua yang mengganggap upaya Jokowi memasukkan Sandiaga ke kabinet hanya upaya menjatuhkan reputasi nol dua, sekali lagi ini hanya prasangka. Tinggal pinjam jurus sakti Adian Napitupulu: mana buktinya, jangan asal tuduh, jangan bikin hoax, kasihan rakyat.

Cape deh nanggepin pakar geblek. Mending nge-es-teh siang-siang gini.

17 Juni 2019

Citra D. Vresti Trisna


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.