Laman

Senin, 27 Januari 2014

Saya (selalu) Benci Januari

Aku menunggu malam tiba. Kebahagiaan mendesir yang kupikir akan datang seperti kejutan ulang tahun, tapi nihil. Tetap sepi. Kata-kata menderu dan seperti mendengung di kuping lalu membuat persoalan baru: rasa benci yang entah pada siapa.
Ah Tuhan, kau tentu mengerti bila hari ini akan datang benci; seperti biasanya. Seperti sejarah perih yang selalu datang tanpa bisa ditawar nanti.

Keparat macam apa yang membuatku demam
Seperti rasa lengang ketika oplosan ditenggak
Lalu mati, tanpa sisa, tanpa penjelasan
Dan koran akan senang dengan hal itu

            Hari ini, banyak ”semoga” di kepalaku. Dan yang terpenting dari itu semua adalah agar aku tidak menyesal pada banjir yang Kau beri. Karena menemukan tentu sangat manis, dan pahit memang tidak bisa ditawar. Ia ada dan harus ada.
**
Aku mulai minum teh sekarang. Mulai mengurangi kopi meski tak yakin bila di Surabaya aku bisa tahan dengan teh. Entahlah, tawar sekali rasanya. Ah, jadi ingat Cak To. Apa kabar dia sekarang? Aku rindu ke warungnya pagi-pagi. Menyeruput teh tawar dan mencoba mengalahkannya main catur.
            Dan ketika sepi tiba, hal semacam itu rasanya jadi sangat prinsipil. Aku harus belajar dan melupakan banyak hal tidak prinsipil dan membuatku seperti terserang mabuk laut.

Selamat malam
Sampang, 27 Januari 2014
Cdv_t

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.