Laman

Jumat, 17 Januari 2014

Sepagi Ini Sarapan Api; (kepada, er)

Mereka mulai saling melupakan satu sama lain. Benar-benar lupa meski andai saja keduanya bertemu, tentu masih ada sisa air mata. Ya, melupakan adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan kenangan. Sedangkan kenangan adalah berandalan paling jahat ketimbang keberingasan lelaki; dari menyerahnya perempuan pada sesuap kepentingan politik taik kucing; dari dungunya lelaki yang berpikir cinta bisa didapat dari sekedar pajero dan rupiah.

Meski terkadang aku ragu. Begitu mudahnya seseorang melupakan, atau mungkin aku saja yang tertipu: bila sebenarnya senyum dan sejuta kata sayang bukan berarti cinta. Bukankah sejak jaman budak bercelana dalam kresek, masalah selalu muncul karena manusia itu memiliki muka yang berlapis-lapis. Sehingga kedunguan paling megah adalah bila kita percaya pada media sosial semacam facebook, twitter, dll. Media sosial adalah alat untuk kita menipu publik yang payah. Ia tak pernah bicara apapun kecuali untuk makanan pertama manusia jaman celana dalam kain: eksistensi.

Jadi ketika di media sosial, keduanya (seperti) saling melupakan; keduanya bercinta-cintaan; apakah keduanya benar-benar saling melupakan?

Saya percaya manusia di jaman kutang modern dengan hiasan renda-renda ini begitu sadis. Menukar kesetiaan dan cinta demi mas kawin yang sedikit layak untuk dipamerkan. Menukar kenangan dengan cara membiarkan orang lain merogoh kutang kita dengan sugesti: aku cinta dia; sayang dia; dia suamiku; atas nama agama demi masa tua yang lebih baik untuk bapak ibu. Sejak kapan tuhan bisa dibohongi? Ya, pelacuran suci atas nama agama memang real. Ia nyata karena hidup di sekitar kita. Dan untuk membuatnya jadi berbau syariah, maka ada konsep taaruf, tapi mengobral kepornoan yang kekanak-kanakan.

Sungguh megah hiburan yang kau beri, Tuhan.

Aku pernah dibuat habis beberapa batang rokok karena memikirkan kebenaran kata-kata ini: wanita (aku katakan wanita karena dia menyerah,pen) akan selalu mencemburui masa depan pasangannya, sedangkan pria akan selalu mencemburui masa lalu pasangannya. Apa itu benar? Sampai sekarang saya masih gamang.
Tapi, hal menarik dari pria adalah caranya menyalakan dendam atas nama kenangan masa lalu. Banyak hal yang akan dituntut ketika mengetahui masa lalu pasangannya terenggut. Soal apa yang terenggut itu macam-macam: ya cinta, ya sayang, ya waktu, ya perhatian, ya keperawanan (dari keperawanan kencur, sampai beneran), ya lain-lain.

Hmmm, tidak ada yang lebih beringas ketimbang seseorang lelaki yang tau bila calonnya telah terenggut. Dia akan kalap dan setengah mati memelihara dendamnya untuk menuntut sesuatu yang lebih; meminta sesuatu yang pernah diberikan pada masa lalunya. Seperti seks, misalnya. Seperti perhatian, seperti harga diri, misalnya.

Phalus memang unik karena ia memiliki api. Tapi, di satu sisi ia juga ringkih karena harga diri. Lebih baik lelaki mati ditikam badik, ketimbang kalah harga diri. Sehingga saya sangat memaklumi bagaimana kecemburuan orang madura. Mereka lebih baik mati ketimbang kalah harga diri. Tapi apa hidup sesimpel itu?

Kalau orang madura kuno, kekasih direbut = carok. Sedangkan carok hanya punya dua kemungkinan: hidup atau mati. Tapi, untuk kawanku (pria yang kalah nasib, kalah brewok, kalah tebal dompetnya) ini adalah seseorang yang konservatif jawa. Ia menyimpan dendamnya di belakang gelungan rambutnya yang gimbal. Senyum dalam muka boros yang dipaksakan dan selalu berusaha membohongiku meski harus menjadi munafik.

Saya ini juga lelaki mas bro. Jangan menipu saya. Dan saya juga tau, si brewok itu masih hidup karena hukuman untuk kasus pembunuhan berencana itu berat. Jadi sekarang dia tetap hidup. Bohong kalau kau bilang segala taik kucing: cinta itu pembebasan.

Perempuan juga unik. Ia hanya bisa menangis (Cuma perempuan yang saya maksud saja) meski ia tau, tangisnya tak akan merubah apapun. Meski tangisnya tak akan membuatnya beranjak untuk nekat dan bersikap lebih keras dengan kawin lari. Saya tau masalahnya mungkin tidak sesimpel itu. Tapi, saya sebagai pengamat, saya hanya bisa berkata: kamu perempuan yang simpel, karena sudah banyak perempuan dengan nasib yang sama; melakukan cara yang sama; tangis yang sama; dan pada akhirnya digagahi dengan sepenuh dendam, eh, maksud saya sepenuh hati.

Tapi, mungkin di situlah kejeniusan wanita. Ketika ia tau, lelaki tak kuat dengan perempuan yang menangis maka menangislah ia. Merajuklah dia. Memelaslah dia. Tapi, di suatu hari ketika anaknya lahir, dia sok mengajari cinta pada anaknya.

Padahal (mungkin) bocah tadi lahir dari cinta yang KW 2. Tapi dimana-mana ceritanya memang seperti itu. Sehingga saya tidak menyalahkan FTV dan film india a la Ram Punjabi. Mungkin di sekitar sutradara film itu juga hidup manusia-manusia semacam ini. Mungkin puncak kebosanannya pada keputusasaan dan ketakutan menghadapi kenyataan menginspirasinya melahirkan film yang sangat waw.

***

Kawanku mungkin sedang tersesat diantara ribuan diskusi intelektual muda over dosis. Di antara orang tua yang terjerat pseudo history. Tapi, saya tau dia bosan. Tapi ia tak punya pilihan lain. Seperti kata-katanya padaku, ”Rasa sakit ini menusuk setiap lima belas menit.”

Jadi apa benar hati dan pikirannya ada dalam diskusi itu? Tapi, yang aku bangga dari dia adalah kemampuannya membohongi publik. Dengan muka khasnya yang seakan-akan, ”Semua baik-baik saja.” Dia tidak mungkin berbohong karena saya pernah melihatnya bercerita sambil menangis.

Kau adalah kawanku yang baik. Kau sepertinya tidak pantas untuk mengikuti dirinya dalam ekslusifitas kelompok-kelompok ekslusif yang menjawab tantangan modernitas. Apa kamu tau, bila di sekitar kita banyak konsorsium mbambung yang butuh petuah dan tutorial bertahan dari rasa lapar.

--

Perempuan itu mungkin sedang menyelesaikan apa yang dia yakini. Memainkan peran sebisanya sebagai akibat dari kelemahannya berkata ”tidak” pada ilusi-ilusi hidup. Dan sebagai orang yang pernah mengenalnya, aku sebenarnya ingin bertanya: mengapa kalian pisah? Sebenarnya kalian cocok karena sama-sama masokis. Yang satu masokis karena iseng-iseng nyobain susah. Satu lagi masokis karena terjerumus dalam lubang dan evoria yang sama dan tak kunjung mengambil pelajaran.

Percayalah, sebagai orang yang pernah mengenalmu, aku tidak akan mendoakanmu yang buruk-buruk. Aku hanya akan bilang: pelajaran itu akan datang setelah dendam lelakimu dituntaskan di babak akhir pergulatan.
Saranku, cukupkan kedunguanmu dengan tidak mengorbankan anak-anakmu nanti. Kau akan sangat lonte ketika menjual anakmu demi masa tua pada selembar uang gambar sudirman.

Kepada si brewok, saya ucapkan selamat. Tapi saya punya pertanyaan buatmu: kalau kau disekolahkan tinggi-tinggi tapi bodoh, sebaiknya kau keluar rumah dan ke warung kopi. Mungkin karena tubuhmu belum pernah kena racun nikotin, kafein hingga kau jadi terlalu dungu untuk sekedar memaknai pada apa yang tampak.

Kalau kau adalah orang yang oportunis, sebaiknya kau pikirkan hal ini: kalau hanya mampu beli badannya, sebaiknya kau bersedekah di kremil. Uangmu lebih bermanfaat di sana.

Bro, dendam lelaki itu tak akan pernah tuntas. Suatu saat kau akan mengerti, dendammu tak akan bisa kau bayar dengan apa yang kau dapat sekarang. Kau tau mengapa orang dulu suka membuat prasasti? Ya, mereka tau betapa membuat sejarah itu teramat prinsipil bagi lelaki yang menang.

Kepada er,

Di kesunyian trowulan, kau pernah mengenalkanku pada sebuah lagu. Kira-kira begini: sepagi ini sarapan api.

Entah mengapa aku bisa begitu kesumat dibakar dendam seperti ini. Apa kita memang benar-benar seperti apa yang ada di dalam naskah Soni Farid M, kita sama-sama tua dan besar di dalam penjara.

Apa penjara itu kesialan dan tengiknya hidup dan perjalanan-perjalanan kita. Ya, er, persahabatan di dalam penjara itu seperti dendam: sampai mati, sampai ke tulang.

Sore ini aku meluncur ke Trowulan. Kita dengarkan lirik itu sekali lagi, di tempat yang sama, pada waktu yang sama. Lalu kita berdoa untuk apa saja yang kelak mengukir senyum kita.

Selamat siang

Cdv_t

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.