Seberapa jauh kau dininabobo rasa
sakit? Sedang kau ingin bijaksana tapi tak mengakrapi rasa sakit. Bukankah
sebelah mata bijaksana adalah rasa?
”Lalu, Ror, apa yang harus aku
lakukan?” tanyaku.
”Mintalah maaf pada Tuhanmu. Yang
menyusupkan cinta lewat puting susu hidup dan memancarkan segala sakit agar kau
tumbuh dewasa. Kau sering menafikan cinta-Nya, bukan? Setelah kau dewasa,
sebelum kesaktian itu tiba, ’berpuasalah’. Matikan ’apimu’; dendammu; yang
membuatmu menjadi bonsai di tengah gelap hutan,” ujar si sudrun sebelum dia
lenyap dalam kegelapan dan bergelas-gelas kopi yang belum terbayar.
#
Berhari-hari aku dengar lagu itu
dengan murung. Menyadari betapa pedih-manisnya cara Tuhan menghidupkan rasa.
Belajar memahami bila apa yang terjadi adalah jalan panjang. Dan begitu hebat
siksaan ketika seseorang membangun pagar tinggi; ketakutan untuk tidak dianggap
baik, dan lain sebagainya.
#
Lalu bagaimana meminta maaf pada hidup?
Rasa sakit dan kesendirian adalah
jamu pahit yang merekatkan sebagian dirimu yang enggan menyatu dan berserak. Sebab
kesombongan telah menjadikanmu pemanggul batu yang percuma. Ya, beban itu terus
memberat di tengkukku. Dan seperti mimpi, aku lihat orang lain berlalu begitu
saja; tanpa menoleh.
Tapi aku sadar, kompleksitas dan
berkelindannya persoalan dan terus meruncing adalah hidup. Bila tidak pahit,
mungkin apa yang kita pijak bukan lagi dunia, tapi sorga. Rori pernah bertanya:
apakah sorga adalah final? Batas yang membuat seseorang menjadi gendut dan
malas.
Aku ingat cerpen langit makin
mendung karya seseorang yang mengaku Ki Panji Kusmin. Dalam cerpen itu Nabi
Muhammad digambarkan telah bosan dengan kehidupan sorga, dan menghendaki untuk
turun ke dunia dan bermaksud membereskan ”kekafiran” dunia dengan pedang. Seandainya
khayalan dalam cerpen ini benar, tentu sang Nabi mencari ”sakit”. Sesuatu yang
(mungkin) membuatnya terus hidup. Dan yang menarik dari pribadi nabi adalah,
kenabian tak membuatnya berhenti. Ia terrus berjalan untuk sesuatu yang
diyakini benar.
Ya, ada benarnya bila dalam
sekali hidup, kepahitan harus ditempuh. Bila nanti ada sorga, semoga rasa bosan
itu tidak ada.
Maka sebaik-baik jalan untuk
memintamaaf pada hidup adalah dengan bangun dari kemalasan. Memetik dedaun
papaya muda untuk mencari pahit. Mencari kesakitan yang menerbitkan rasa gigil
dan gemetar. Apa ini sebentuk kesombongan?
#
Sebagai anak muda yang dibesarkan
dengan sakit, kesombongan adalah keniscayaan. Sesuatu yang (mungkin) perlu
terus diperjuangkan agar tetap dianggap manusia, dianggap punya harga. Bukankah
kesombongan hanya diperlukan untuk paham betapa mahalnya harga diri. Betapa ia
(kesombongan) merupakan anugrah sekaligus jebakan yang dititipkan Tuhan pada
hambanya.
#
Perempuan! Ia punya kedigdayaan ketika
dicintai. Menggergaji perlahan kesadaran sampai mematahkan kayu tua logika dan
kesadaran yang kerap bebal.
Ada wangi sihir di
lipatan kutangmu
Zikir terpanggang
Ada wangi sihir di
liat betismu
Logikaku terpancung di
tiang pancang
Kepada lelaki:
Jangan menyesali ketaklukanmu
yang menjadikan kau buta. Karena dengan begitu kau tidak akan sendiri. Tapi,
setelah hari menggelap, dan rasa dingin merambati punggungmu, kau akan
mengerti: betapa mahal waktu yang kau habiskan hanya dengan takluk. Menyadari segalanya
tak bisa diulang dan orang-orang telah pergi, dengan luka.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.