Laman

Kamis, 23 Juni 2011

Aku senang kau diam: dengan begitu aku bisa menciummu lebih lama

Sayang sekali aku terlambat datang di hidupmu. Seorang perempuan telah mengambil seluruh hidup dan cintamu, bahkan tidak sedikitpun kau menyisakannya untukku, meskipun sedikit. Tapi mengapa aku rela menjadi kekasihmu, menemanimu setiap malam ketika kau butuh, atau sedang kesal karena mantanmu tak lagi menghiraukan setiap komentar-komentarmu di status faceboknya. Yah, aku selalu rela, dan itu semua hanya ku lakukan untukmu.

Seperti akhir-akhir ini, sesuai permintaanmu, aku selalu memasang foto profil facebook dengan gaya dan senyum yang mirip dengan mantanmu. Memang senyumku dengan senyumnya hampir mirip, tapi aku tau dia lebih cantik dariku. Dan tanpa pikir panjang, aku lakukan semua itu atas nama cinta dan pembuktian pengabdianku sebagai kekasihmu. 

Setiap malam tiba, kau selalu mengirim pesan padaku agar aku terus berlatih membuat senyum yang serupa dengan mantan kekasihmu. Seperti perintah Tuhan, aku menjalankan tanpa pikir panjang; aku berlari ke depan cermin dan berlatih memeragakan senyum manis khas mantan kekasihmu. 

Satu.. dua.. tiga. Nah, cantik sekali aku ini, kau tak akan menyesal, sayang. Esok kau pasti senang dengan senyumku ini. Sudah setahun lebih aku melakukannya. Untukmu, sayang. Untukmu. Siapa lagi. 

Diam-diam air mataku meleleh, aku menangis sejadi-jadinya di depan cermin dan foto kekasihmu. Tapi jangan sedih, sayang. Aku rela melakukannya untukmu.

Sayang, kini kandunganku, calon anakmu, sudah hampir delapan bulan. Sebentar lagi anak kita akan lahir. Kau pasti senang. Tapi maaf, sayang. Aku rela kau perlakukan seperti ini. Tapi aku tidak rela jika kau lakukan hal yang sama pada anak kita dan kelak kau memaksanya untuk memeragakan wajah lucu anak mantan kekasihmu. Tidak. Aku tak rela.

Tapi sayang sekali. Aku tak yakin kau tak melakukan hal yang serupa dengan anak kita. Aku tau kau akan melakukannya.

Demi anak kita, semoga kau tenang, sayang. Esok aku akan menyerahkan diri di kantor polisi untuk membayar semua perbuatanku padamu.

Anto, sayang. I love you.

*
Ku letakkan surat itu di atas mayat kekasihku.

Sayang, biarkan malam ini aku menghabiskan waktu untuk tidur berdua di sampingmu. Mungkin ini malam terakhir aku harus bersamamu. Aku senang kau diam seperti ini. Kau tak perlu lagi mengeluh untuk bila aku menciummu lama-lama.

Aku sudah mengantuk, sayang. selamat malam.


Citra D. Vresti Trisna

5 komentar:

Ceritaeka mengatakan...

Tragis cerpennya!
Mengalir banget kata2nya.
Bagus

Nyun_nyuN mengatakan...

membunuh donk ya :|, keren banget, perlakuan yang gak terima tapi masih aja sayang sayang, tangis di atas kebahagiaan yang semu, keren keren.. terkejut belakangnya, surprise banget :D

Citra D. Vresti Trisna mengatakan...

semuanya: matur nuwun. makasih.

oya, kok ndak ada ya komen yang selalu bilang " ini jelek mas. kamu harus kaya gini, kaya gini"

hehehehe makasih pokoknya udah berkunjung

kecebong laut mengatakan...

ini jelek mas,,, kamu harus sering baca,, hahahaaaaa,,,

Anonim mengatakan...

aduh ini kecebong tengik ya. masih idup?

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.