Laman

Jumat, 22 April 2011

Hari cepat saja menjadi pagi

Hari cepat saja menjadi pagi. Menjadi dendam dengan hidup manusia yang dadanya penuh karat. Aku selalu jengan dengan pagi. Sebab pagi adalah titik pijak dimana dendam dilampiaskan maksudnya. Sebab, malam bisa menjadi saat di susunnya segala maksud dendam. Tapi paling tidak, tidak lebih ngeri ketika pagi menjelang tiba dan dendam itu dikobarkan. Dendam: makan memakan, bunuh membunuh, tikam menikam, dan saling memperkosa.


Aku tau malam di sini tak bersahaja malam di tempat-tempat yang pernah aku kunjungi. Tapi paling tidak, aku selalu merasa nyaman ketika malam beranjak datang. Karena pada saat seperti itu semua kembali disegarkan dengan kelelahan yang membuat manusia lelap dan melupak semua dendam hari.

Di sini sebuah pagi – pojokan warung kletek – aku menyaksikan semua dendam itu dimulai. Menyaksikan sekumpulan orang berdebat di pos polisi agar tidak ditilang. Terlapas siapa yang benar dan salah, paling tidak segala motif “sah” bila aku sebut sebagai sebuah dendam. Tak ada yang mempermasalahkan.

Sekumpulan orang itu masih berdebat. Ada yang pasrah saja menerima kesialan di pagi ini. Beberapa waktu lalu aku juga tertangkap di pos polisi itu. Aku tidak berdebat dengannya, sebab aku tau aku salah. Aku hanya memakai satu kaca spion. Polisi itu menawarkan untuk sidang di tempat, atau titip sidang, atau istilahnya damai. Namun, aku menolak tawarannya. Bagiku, ketimbang harus kuberikan kepada wajahnya yang merangsang, lebih baik kuberikan saja ke Negara, sekalipun aku juga tak pernah tau jluntrungannya.

Selepasnya dia nampak ogah-ogahan menulis berita acara pelanggaranku. Sampai akhirnya aku disuruh pergi begitu saja tanpa melanjutkan menulis berita acara itu. Inikah motif? Atau sebuah kewajiban-kewajiban yang memang kerap sejalan dengan motif-motif: baik buruk.

Menjelang aku hendak pulang dari warung kletek, seorang pria setengah baya membayar jajanan dan kopinya dengan cengegesan. Matanya tak pernah alpa memandang dada pemilik warung. Kebetulan pemilik warung tidak seberapa menyadari apa yang sedang terjadi.

Atau dia menikmatinya?

Kletek, 22 April 2011
Citra D Vresti Trisna

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.