Laman

Minggu, 03 April 2011

Bogel

(Carok) Buat Unijoyo

Sehabis menonton video porno mirip Luna Maya dan Ariel. Saya menjadi teringat pada tiga orang tokoh yang masuk dalam catatan saya beberapa minggu ini, dan kemudian tiga orang ini saya namai sebagai ‘Bogel’. Bogel adalah salah satu tokoh dalam cerita pendek, sedikit seronok yang ada dalam media.


Bogel pertama

Beberapa waktu ada hal yang bikin heboh di kampus. Kali ini perilaku dari bogel kriting – pemberani namun konyol – menempel poster seputar pemilihan rektor. Kira-kira begini isi pamphlet itu: “INNALILLAHI WA INNAILLAIHI RAJIUN. TELAH MATI DEMOKRASI DI KAMPUS INI” dibawah poster salah satu calon. Aih, badung juga ini anak.

Tapi keadaan sekarang bisa disebut sebagai masa-masa gawat. Masa-masa dimana gema dan suara sunyi beredar bak kacang goreng. Suara sunyi yang bercerita tentang efisiensi, money politik, mekanisme yang buruk. Tapi ditengah ramai suara itu, hal baru tiba-tiba mencocok hidung kita. bogel pendek kriting menempelkan selebaran gelap, dan kebetulan satpam memergokinya, namun bogel itu berhasil kabur. Alhasil, VOL menjadi sasaran, karena dianggap si bogel memakai rekom jam malam dari VOL.

Dengan kelakuan bogel, saya jadi resah. Apakah dengan adanya perilaku bogel ini kita musti dipaksa berpikir dan bertanya, bagaimana kita musti menentukan sikap atas perilaku bogel. Kita boleh anggap berbahaya, dengan bareng-bareng mengutuk bogel kriting ini karena kita anggap menghina eksistensi kita yang sedang mengikuti kenduri dari pilrek. Atau kita diam saja karena kita tidak tau menahu, kemudian memaklumi, dan memafkan dengan pola kearifan paling tinggi, yakni menganggapnya gila. Atau kita diam saja, karena kita memaklumi keberanian dari bogel, serta mengapresiasi keberaniannya lantas mengacungkan jempol buat bogel kriting ini.
Karena kedalaman saya tak menemukan jawaban yang pas atas kegilaan ini. Maka saya putuskan untuk wawancara langsung dengan bogel kriting yang satu ini.

*

Wajahnya datar, dengan mimik memelas seperti belum makan, ia menjawab enteng setiap pertanyaan saya.

“Lha gimana mas, tak lihat semuanya kok diam saja. Apa impoten atau gimana saya juga tak tau. Bagaimana mungkin bisa tidur dengan tenang sementara hal buruk dan kecurangan terjadi. Mulai dari nyolong start, money politik, demokrasi yang cuma omong kosong”

Saya langsung tonjok dia dengan senjata pamungkas.
“Apa mungkin jalan sunyi anda ini berawal dari, stress dan mencak-mencak karena tidak kebagian kenduri dari pemilu ini?” tanya ku kemudian.

“Enggak mas, sumpah. Saya ikhlas dan ini memang berasal dari kedalaman saya” ujarnya.

“Lantas, apa sampean yakin kalau ini murni, sedangkan kabar yang saya dapat, anda adalah orang yang lahir dan mendapat dukungan dari kekecewaan kelompok-kelompok yang tak kebagian kenduri?”

“Ya kalau itu sih saya no comment, masalahnya pasti ada saja orang yang kecewa dengan mekanisme pemilihan ini. Tapi kalau kemudian mereka mendukung saya, ya saya sangat senang sekali, dan itu urusan mereka”

Bogel kedua

Kalau yang ke dua, lebih banyak bercerita perihal bogel-bogel dewasa yang bikin merengut warga mahasiswa. Pengajar-pengajar gemblung yang nakal, nekad dan bondo dengkul dalam mengajar mahasiswa.

Kawan-kawan mahasiswa sekarang banyak yang ngeluh perihal kualitas dosen pengajar di kampus. Tentang dosen yang tidak menguasai materi lah, gak tertib lah, dan kesemuanya membikin ngeluh mahasiswa. Kita tentu ingat mengenai pribahasa yang sudah saya edit sekenanya. “Dosen kencing berdiri, mahasiswa kencing sambil orasi”
Dengan buruknya pengajaran, bagaimana mungkin kita akan menjadi sosok yang kritis, juga cerdas pada keilmuan dan memahami wacana. Malah, ku pikir yang ada hanya onani wacana yang ada. Istilahnya apa yang mereka dapatkan hanya kembang kertas saja. Kemudian ilmu yang ndakik-ndakik dan tidak ramah bagi otak mereka.

Kalau sudah begini, bagaimana kita musti bersikap menanggapi bogel dewasa yang kehadirannya bikin bokong jadi kram. Capek mendengarkan sesuatu yang tak jelas rimbanya. Capek karena, apa yang dijelaskan tidak sesuai dengna apa yang kawan-kawan mahasiswa harapkan.

Bogel ketiga

Bogel yang terakhir ini merupakan bogel yang paling memperihatinkan nasibnya. Dia juga sama. Pemberani namun konyol. Entahlah, aku sendiri juga heran, antara berani dan bodoh itu bedanya sangat tipis. Hampir-hampir aku dibuat bingung membedakan.
Kalau kenakalan bogel yang satu ini, bisa dibilang paling wah. Pasalnya, dia menulis opini di buletin DEADLINE milik FANATIK dan hasilnya terbukti memerahkan kuping orang dekanat. Bagaimana tidak, ia mengatakan akan mendiklat lagi orang-orang dekanat yang tidak becus dalam menyelenggarakan dies natalis FISIB.

Bogel berkepala botak ini juga menganggap punggawa-punggawa FISIB ini percuma disekolahkan tinggi-tinggi tapi tak becus dalam menghendel acara dalam sekala fakultas.

Hah, siapa yang tidak akan marah mendengar kalimat-kalimat macam ini? kalimat-kalimat yang mengalir dari pena bogel botak ini nampaknya syarat akan kemarahan, dan amarahnya kepada pihak dekanat.

Membaca tulisan bogel yang satu ini, membuatku teringat pada Ned Kelly lelaki asal Australia yang kata-kata terakhirnya sebelum digantung membuat merinding banyak pihak, karena setelah hakim yang menjatuhkan hukuman gantung padanya, tak lama kemudian sang hakim mati. Apa ini merupakan suatu doa, kutukan dari mereka yang akan mati?

Kalau ned Kelly di hukum karena kejahatannya menjadi perampok, kalau bogel satu ini di hancurkan karena tulisan-tulisannya yang pedas. Kemudian seorang kawan memberitahuku perihal tidak masuknya bogel botak ini dalam daftar mahasiswa penerima beasiswa, padahal IPnya sangat tinggi, kalau tidak salah 3,69. Kurang apa coba? Bahkan kalau dianggap tidak mampu atau kere, aku sungkan menjawab. Anda bisa menilai dari bagaimana pertemuan saya dengannya. Begini ceritanya.

Waktu itu saya bertemu dia di sekret desah, dan waktu itu dia sibuk mengutak-atik api yang dia pakai untuk membakar singkong yang dicurinya dari pertanian semalam. Saat aku tanya mengapa dia malakukan itu. Dia menjawab dengan sangat simple. Tuhan tau aku lapar.

Jadi logika mana yang dipakai ketika dia harus tak mendapat beasiswa? Apa dia harus terus mencuri singkong? Apalagi sekarang satpam sudah semakin galak, dan sudah ada jam malam. Bagaimana dia harus makan? Apa benar dia harus terbunuh karena tulisan-tulisannya?

Seperti kata kawanku yang menceritakan bagaimana reaksi bogel botak ketika meihat pengumuman beasiswa, dia berbisik lirih. “Oalah-oalah, orang dekanat responya tidak seperti yang aku bayangkan. Dia malah ngerusak namanya sendiri”.
Oalah-oalaah, …

Dia lapar. Dia terus berdoa. Seperti ned Kelly. Siapa yang akan ‘mati’ dan termakan kutukannya?

Citra Dara Vresti Trisna

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memaki, kritik, saran. Bebas ngomong.